Ini adalah salah satu coretan saya di blog ini yang
benar-benar saya alami sendiri dan tentunya yang masih inget saja (karena
memang uda cukup lama, hhhe2..). Sesuai judulnya saya akan berbagi beberapa wejangan
dari 3 Guru saya di tingkatan sekolah yang berbeda.
Wejangan 3 generasi
in action:
1.
“Gelho ki anane nang mburi”
Unkapan di atas dalam bahasa jawa
dan arti dalam bahasa Indonesianya kurang lebih “penyesalan itu datangnya
belakangan”. Ini adalah wejangan spektakuler dari Guru SD saya yang masih
terngiang-ngiang dan selalu mengingatkan saya hingga sekarang ini. Pada waktu itu, ungkapan ini tak jarang
digelorakan oleh Guru tersebut di dalam kelas. Karena memang di saat itu akan
menjelang Ujian Akhir Nasional untuk kelas 6 SD. Mungkin ketika SD dulu
penghayatan tentang ungkapan itu belum begitu dalam bagi saya tetapi setidaknya
pada waktu itu saya sudah bisa merasakan maksud apa yang akan di sampaikan oleh
ibu Guru di dalam kelas.
Hari semakin menjauh dari pertama
kali ungkapan itu diucapakan oleh bu Guru tetapi semakin jauh itu pula yang
membuat saya semakin memahami dan menghayati akan arti dari wejangan tersebut. Dan saya semakin merasakan ternyata ungkapan
itu tak sekedar ungkapan biasa yang diucapkan oleh seorang Guru di dalam kelas
kepada murid-muridnya. Tetapi lebih condong merasakan bahwa ungkapan itu adalah
salah satu ekspresi ketulusan dan keiklasan dari seorang Guru SD dalam
membimbing murid-murid kecil yang masih “bandel”.
2.
“Guru itu akan lebih ingat kepada murid yang
PALING pinter, PALING nakal, dan PALING kurang pinter. Kalau murid yang hanya
diam-diam dan biasa saja akan cepat lupa”
Mungkin ini adalah salah satu curcol dari Guru
SMP ku di sela-sela rutinitas mengajar murid-muridnya di dalam kelas. Tetapi makna
yang begitu dalam yang dibawa oleh ungkapan tersebut walaupun ungkapan itu
tersirat tetapi saya lumayan mampu untuk menerjemkahkan hal itu dan cukup saya
pahami.
Memang benar sekali dalam hidup
ini kita harus mempunyai daya “tonjol” positif yang bisa kita banggakan supaya
orang lain mampu mengenal kita karena hal-hal yang telah berhasil kita lakukan
untuk melakukan kebaikan dan dampaknya bisa mereka nikmati. Serta kita sebagai
kaum yang mampu berpikir dan merasa tentunya akan menjadikan diri kita menjadi
individu yang PALING dalam kebaikan. Serta senantiasa saling berlomba menjadi insan
yang PALING dalam kebaikan.
Kalau kita hanya menjalankan hidup
ini dengan seni dan prestasi yang standart saja berarti kita hanya bisa mencapai
pencapaian yang juga bisa di capai oleh banyak orang di muka bumi ini. Ingat saudara,
bahwa di dunia ini sudah sangat banyak orang yang bekerja keras. Oleh karena
itu, kalau kita ingin menjadi orang yang lebih berhasil maka kita harus bekerja
lebih keras dari mereka.
3.
“Jangan mempersulit diri sendiri”
Ungkapan sederhana yang sering
diulang-ulang oleh Guru SMA ku. Tak jarang ketika saya dan temen-temen sekelas
mendengarkan hal itu ketika kondisi kelas benar-benar hening karena takut
dengan ketegasan pak Guru. Sebab biasanya pak Guru mengungkapkan hal seperti itu
dengan sedikit nada tinggi seperti orang marah dan pastinya dengan muka serius.
Dan saya sangat yakin pak Guru pada waktu itu mencurahkan kasih sayangnya agar
didapatkan hasil yang maksimal dari murid-murid kelas 3 SMA dalam menghadapi
ujian khususnya Ujian Nasional.
Setelah saya mencoba mengkaji
lebih dalam lagi mengenai ungkapan pak Guru tersebut ternyata memang sangat
benar bahwa sebenar-benarnya penghambat atau pemersulit langkah kita dalam menjejakkan langkah menuju
sebuah cita-cita adalah diri sendiri. Tak jarang kita sering memberikan energy negative
kepada system di tubuh kita sehingga akan menyuburkan rasa pesimis dan
merangsang tumbuhnya virus-virus yang merugikan di dalam tubuh. Tentunya hal
ini adalah hal yang mempersulit diri kita yang berasal dari kita sendiri; oleh
kita; dan untuk kita pula. Ternyata dalam menghalau atau memusnahkan“godaan” dari diri sendiri itu
juga tidak mudah.bahkan bisa dibilang godaan ini salah satu godaan tersulit
untuk dihindari. Karena disini kita memerlukan komunikasi diri yang intensif
dan bener-bener memerlukan penghayatan yang didasari kesadaran diri.
Begitulah wejangan 3 generasi yang saya
dapatkan walaupun tulisan di atas tidak sama persis dengan ungkapan Guru-Guru
ku tetapi substansi yang bisa saya terjemahkan dan saya ingat kurang lebih seperti
itu. Dan tidak lupa saya mengcapkan banyak terima kasih kepada 3 Guru ku
tersebut. Semoga coretan ini bisa bermanfaat bagi setiap orang yang telah
membacanya.
Terima Kasih
Saudaramu, 5 Juni 2012
Aang Fauzan
0 komentar:
Posting Komentar