Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, dan Mulai dari sekarang....!!! -aa Gym-

Rabu, 06 Juni 2012

Pernak-Pernik Bulan Ramadhan


Setiap kali akan datangnya bulan suci yang benuh berkah yang pastinya sangat ditunggu-tunggu oleh kaum muslim di seantero bumi ini. Semakin dekat dengan datangnya bulan suci ini maka semakin bergejolak juga jiwa ini mengekspresikan kesenangan yang sangat senang dalam hidup kaum muslim. Rasa senang di sini tidak mungkin sanggup diekspresikan melalui tulisan dalam bentuk apapun karena segala rasa yang mendukung untuk senang hadir di situasi tersebut. Jiwa ini pun semakin bergetar ketika mencoba memahami rasa senang bercampur haru syukur yang sangat tidak bisa dilukiskaan dengan kata-kata tersebut. Tentunya dengan akan segeranya kami menginjakkan kaki di bulan Ramadhan banyak rencana dan harapan yang akan kami lakukan dibulan itu sebagai pengisi serta pelengkap kebahagiaan kami.
Saya di sini akan berbagi cerita bagaimana keistimewaan yang pernah saya alami ketika bulan Ramadhan itu hadir yang tentunya tidak saya temui di bulan-bulan lainnya. Sedikit bernostalgia untuk mengingat kenangan dengan temen-temen disalah satu dusun di Jawa Tengah ketika saya kecil dulu. Semakin saya beranjak dewasa dan berkesempatan mengingat hal itu maka saya semakin rindu  akan hadirnya kembali masa-masa itu. Tetapi saya sadar bahwa itu sangat tidak mungkin dan yang bisa saya lakukan mengingat masa-masa itu. Saya menyebutkan hal itu sebagai pernak-pernik khas bulan Ramadhan yang telah saya alami yang ternyata harganya begitu mahal dan sangat tidak bisa dinilai dengan uang.
Diawali dari saur yang sering saya lewati bersama bapak dan ibu saya di rumah. Biasanya awal-awal puasa masih semangat untuk bangun saur karena salah satu faktornya mungkin menu yang lumayan lengkap ketika saur di awal-awal puasa. Itu adalah salah satu kebiasaan keluarga saya ketika awal puasa pasti lebih rajin dalam masak-memasak demi memenuhi kepuasan kami dalam saur dan berbuka puasa. Semakin menjauh dari hari pertama, dulu saya biasanya lebih malas dalam bangun saur karena beberapa hal yang mendukunng saya untuk tetap mengantuk. Kemudian rutinitas pagi hari di bulan Ramadhan yang tidak boleh ketinggalan bagi kami anak-anak dusun Kauman adalah jalan-jalan pagi sambil berpesta long(mercon) kecil-kecil dibarengi dengan canda-tawa yang begitu meriah. Setiap kali jalan-jalan habis subuh itu kami lakukan biasanya akan menimbulkan tapak cerita yang berbeda. Ada yang harus kejar-kejaran dengan salah satu warga karena beliau merasa terganggu dengan kehadiran kami yang terkesan semena-semena yang didukung oleh daya mercon yang kami punya; pernah suatu ketika secara alami saja kelompok dalam perjalanan kami terbagi menjadi dua kubu dan kedua kubu itu saling serang dengan merconnya; tak jarang ketika kelompok kami berpapasan dengan kelompok lain ketika jalan-jalan itu kami saling melemparkan wajah sinis, tertawa, dsb  ke kelompok yang lain; dsb.
Sekitar jam 7 pagi tetapi tergantung juga bisa lebih siang lagi atau pagi lagi  biasanya kita pulang ke rumah masing-masing. Kalau tidak libur sekolah ya berati kami harus menyiapkan untuk berangkat sekolah tetapi kalau libur biasanya saya pulang ke rumah dan melakukan kegiatan di rumah. Tetapi tak jarang saya membuat janji dengan temen-temen untuk bermain bersama setelah pulang dari jalan-jalan pagi. Dan yang saya inget ketika SD apabila saya menonton TV dan sedang iklan yang kebetulan iklannya adalah menawarkan makanan atau minuman sering saya merasa sangat pingin untuk menikmati itu pada watu itu juga padahal saya kecil dulu sedang menjalankan ibadah puasa. Tetapi hal aneh yang saya rasakan adalah ketika waktu berbuka tiba biasanya tidak lagi pengen menikmati minuman ataupun makanan yang ada di iklan siang tadi. Itu adalah hal aneh yang belum saya temukan jawaban logisnya hingga saya mengetik saat ini. Walaupun banyak jawaban dari kerabat menyangkut hal itu.
Ketika waktu buka mau tiba atau sekitar jam 4 sore saya biasanya mengisi waktu dengan mengaji di Masjid Shoffi Kauman bersama temen-temen.  Biasanya dalam ngaji tersebut kami diajarkan hafalan doa-doa seperti: doa buka puasa, doa masuk masjid; dsb. Dengan semangat kami berteriak-teriak untuk melantunkan hafalan kami yang dipandu oleh Guru ngaji kami. Dan tak jarang sehabis pulang ngaji di sore hari itu bapak atau ibu memberi tahu saya bahwa kalau tadi waktu ngaji suara saya terdengar sampai rumah. Karena memang pada waktu itu kami ngaji dengan pengeras suara dan rumah saya pun dekat dengan masjid tempat ngaji kami. Biasanya saya berbuka di rumah bareng bapak dan ibu maupun terkadang sendiri. Dan hal yang hampir pasti ada ketika berbuka adalah kolak buatan bapak yang biasanya sangat manis dan cukup enak apalagi di awal-awal puasa. Tak lama setelah berbuka saya biasanya langsung bergegas ke pelataran masjid untuk bermain apa saja dengan temen-temen dan tak jarang kami sambil membeli jajanan di sekeliling masjid, seperti: ojek (kaya cilok), es campur/buah/teh, dsb. Kumandang adzan isya menyerukan kami untuk naik ke masjid, ketika masa SD biasanya kami memilih barisan yang paling belakang karena kalau sholat isya sudah selesai biasanya ada jeda sebelum mulai sholat tarawih. Dan dijeda waktu itu kami biasanya ngobrol ala anak SD sewajarnya. Ketika sholat tarawih di mulai kami pun sudah biasa untuk memposisikan diri tetap di belakang karena biasanya kami belum kuat untuk mengikuti full 23 rekaat shalat tarawih+witir di masjid. Sehingga setelah beberapa rakaat sebagian dari kami kompak untuk berhenti serta tak jarang kita ngobrol disitu. Hal ini tentunya membuat orang-orang sepuh (tua)  merasa terganggu dan pastinya kami pernah kena semprotan berupa teguran lembut dari mereka. Menjelang shalat witir tiba biasanya kami sudah antri untuk memegang pentungan(alat pemukul bedhug) demi memenuhi kepuasan untuk tidur(memukul bedhug dengan irama khas kita) sehabis sholat tarawih. Tidur sehabis sholat tarawih biasanya tidak lama karena ada tadarusan di masjid. Disebabkan pada waktu SD itu kami belum lancar membaca huruf arab sehingga saya dan temen-temen tidak ikut tadarusan.
 Seinget saya di masa-masa SMP dulu di dusunku sedang kembali musim main karambol sehingga sehabis sholat tarawih usai, saya dan temen-temen sepantaran bahkan jauh lebih tua berbondong-bondong menggelar arena karambol tak jauh dari pelataran masjid kebetulan ada pos kampling disitu. Di tempat itu selalu muncul kemeriahan dan canda-tawa yang alami nan sederhana serta tentunya semakin ingin mengulangi moment itu lagi. Biasanya selain main karambol kami juga mengkombinasikan dengan main kartu dan catur supaya tidak jenuh menunggu giliran main karambol yang hanya ada satu papan sedangkan biasanya ada banyak peserta yang siap menggelar tawa dalam permainan karambol. Yang pasti kami main pada waktu itu tidak ada unsur judi-menjudi mungkin hukuman yang kalah akan dikasih bedak atau pati(seperti gandum) di mukanya dan tidak boleh dihilangkan hingga permainan usai. Permainan kami ini tidak terbatas oleh waktu pokoknya kalau masih ada yang mau walaupun sudah masuk tengah malam tetap lanjuttttt. Sering kami membuat kesepakatan setelah permainan ini selesai dilanjutkan tidur di masjid dengan tujuan untuk membangunkan saur. Ada beberapa metode pembangunan saur yang cukup akrab bagi kami, antara lain : menyuarakan di speker masjid dengan memasukkan unsur-unsur becandaan serta mengebanyol dan pernah suatu ketika kami yang rata-rata seusia anak SMP didatangi imam masjid karena saking terlihat becandanya yang keterlaluan dalam membangunkan warga untuk saur; keliling sebagian dusun dengan membawa bongkahan seng (atap rumah) yang diseret dan dipukul-pukul dengan kayu sehingga menimbulkan irama yang keras dan tidak tahu enak di dengar atau tidak pokoknya inti dari kami pada waktu itu supaya warga terbangun serta kami pun bisa saling becanda di tengah jalan agar suasana tidak membosankan; dan  tidur(menabuh bedhuk) dengan cara yang lebih ektrim ketimbang biasanya karena asbak pun kami manfaatkan untuk memukul piggiran bedhuk supaya semakin meriah suasana masjid dan sekiranya pokoknya apapun yang bisa dipukulkan di bedhuk kami manfaatkan.
Seingat saya lagi pertama kali saya merasakan nikmat buka bersama ketika SD, saya datang ke acara buka bersama teman-teman satu tingkat. Dan ceramah sebelum berbuka di mushola SD yang masih saya inget sampai sekarang dari salah satu Guru SD saya adalah ketIka kita mau membatalkan puasa(berbuka) diusakan pertama kali memakan makanan yang tidak kena api seperti buah dan makan harus menggunakan tangan kanan. Dari sebelum TK sampai SD mungkin hari-hari terakhir puasa atau menjelang lebaran adalah salah satu hari yang paling saya tunggu karena biasanya bapak atau ibu tetapi yang sering ibu mengajak saya ke toko untuk membeli barang baru untuk lebaran. Yang tentunya saya selalu memilih barang yang terbaik menurut saya karena ibu sering cerita kalau saya diajak ke toko pasti memilihnya lama dan sulit menemukan barang yang diinginkan. Dan tak jarang orang yang jualan menjadi kesal kepada saya karena hal itu. Tetapi ada beberapa barang yang biasanya saya mengambil secara cuma-cuma dari dagangan ibu yang menjadi langganan hampir tiap tahunnya adalah sarung. Lawong kebanyakan yang lainnya dagangan buat orang tua seperti:selendang, kebaya, daster, dsb.
Buka bersama adalah salah satu pernak-pernik Ramadhan yang alhamdulilah masih bisa saya nikmati sampai sekarang ini. Apalagi mulai beberapa tahun ini semakin semaraknya berbagai macam jejaring sosial yang membantu mempertemukan teman-teman yang sudah lama tidak berjumpa. Bahkan setiap kali Ramadhan datang tidak hanya sekali buber dengan temen-temen. Selain nikmat itu yang masih bisa saya nikmati lagi bahkan ini tradisi sejak saya kecil yaitu menemani Ibu jualan dipasar dan ikut memeriahkan prepegan(istilah jawa menjelang hari besar) pasar. Setidaknya saya mengawasi dagangan Ibu agar tidak diambil oleh orang yang tak bertanggung jawab. Karena tak jarang di waktu-waktu seperti itu banyak kasus penjual yang kehilangan dagangan begitu saja. Dan saya pernah kalau tidak SD ya SMP kayaknya di hari terakhir puasa dibelikan Ibu mobil remot yang memang saya pengen banget pada waktu itu. Ibu membelikan itu menurut saya karena saya telah mau menemani Ibu jualan di pasar. Dan tradisi di sekitar 3 hari terakhir bulan puasa saya, Ibu, dan pedagang pasar lainnya adalah buka di pasar karena memang harus sampai magrib jualannya. Menu andalan saya dan Ibu kalau makan besar di pasar ketika berbuka biasanya adalah bakso/mie ayam + teh. Dan lebih nikmat ketika berbuka bareng dengan pedagang yang lain
Ketika SMA saya merasakan hal-hal yang saya nikmati ketika SD dan SMP itu ternyata adalah momentum yang sangat mahal dan tidak mudah membuat hal seperti itu  yang dikemas secara sederhana berbasiskan kebersamaan. Karena secara tidak sadar hal itu mulai luntur dan terkesan tidak zaman lagi bagi anak-anak SD atau SMP untuk melakukan hal seperti paada zaman saya. Mungkin itu adalah salah satu efek dari semakin pesatnya kemajuan zaman ini. Tetapi bagaimanapun juga saya sangat merasa beruntung karena pernah menikmati moment yang saya ceritakan di atas. Bagaimana semakin memahami indahnya kebersamaan dan kesederhanaan.
Yaaaa begitulah cerita yang teringat dan pernah saya alami mengenai saya dengan bulan Ramadhan yang penuh pernak-pernik yang khas dan tentunya sangat membekas di hati sebagai salah satu perjalanan hidup yang tak mudah dilupakan.

Terima Kasih

Saudaramu, 6 Juni 2012


  
       Aang Fauzan

1 komentar:

walah walah .. kui wkwkwkwkwk

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites