Secara tidak sadar kultur sebagian masyarakat kita sudah
lumayan hiper tertawa yang kurang bermanfaat bahkan merugikan orang lain.
Mereka mengakrabkan diri tertawa tetapi menggunakan daya tawanya untuk
menyindir orang lain yang sedang mencoba meningkatkan kemampuannya. Hal ini
cukup mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dari hal yang paling
sepele saja seperti ketika kelas sedang kosong karena Guru tidak masuk dan ada
salah satu murid di kelas itu mengisi kekosongan waktu tersebut dengan membaca
buku pelajaran. Saya hampir memastikan anak tersebut akan luntur kePDannya
ketika segerombolan atau bahkan seseorang temenya menertawakan dengan
memasukkan daya sindir di dalamnya. Sembari berkata “ waduhhhh rajin amat niiii
yeeee” walaupun perkataan sesimpel itu tapi dampak bagi anak yang sedang
membaca tadi sangat besar karena dia akan merasa menjadi kaum minoritas di
kelas. Dan akhirnya dengan sadar dia pun melepaskan pandangan matanya dari buku
dan ikut nimbrung dengan kaum mayoritas yang asik becanda.
Sebenarnya
ada hal besar yang sangat saya yakini bahwa anak yang menyindir tadi ketika
ditanya hati-kehati sebenarnya dia juga ingin belajar, untuk memanfaatkan waktu
kosong di dalam kelas seperti membaca buku pelajaran atau lainnya. Dan mungkin
semua anak pun jawabanya akan seperti itu kalau ditanya hal ini dari
hati-kehati. Tetapi yang bisa menjadi sorotan menurut saya adalah masih
perlunya perbaikan kultur kebiasaan masyarakat kita. Sehingga akan didapatkan
kultur yang mewajarkan hal-hal baik dilakukan oleh setiap masyarakat kita. Coba
kita lihat setidaknya lihat di TV bagaimana orang-orang Jepang begitu sadar
akan mahalnya waktu. Ketika naik atau menunggu angkutan pun mereka dengan sukarela
memanfaatkan waktu tersebut untuk membaca. Dan tidak ada orang-orang di
sekelilingnya yang merasa aneh dengan hal itu. Karena memang hampir semua dari
mereka telah memegang bahan bacaannya sendiri. Terkesan bahwa orang-orang
Jepang tidak mau meninggalkan waktunya begitu saja tanpa mendapatkan sesuatu
yang bermanfaat. Kemudian coba kita bayangkan hal apa yang akan terjadi di
sebuah metromini, apabila ada anak SMA membaca buku di metromini tersebut??
Atau bayangkan ketika ibu-ibu pekerja membaca buku di halte bus angkutan kota??
Mungkin tindakan yang pertama terjadi adalah setiap orang yang melihat hal
tersebut akan melemparkan pandangannya cukup lama untuk fokus kearah anak atau
ibu yang sedang membaca tadi. Dan apabila yang melihat sudah kenal biasanya
menyapa dan akan ditambahi bumbu “penyedap” kata seperti “weeeh di tempat umum
pun belajar, hebat hebatttt hebatttt…”. Yang tentunya hal ini sangat bisa
melunturkan kePDan dari anak atau ibu tadi.
Saya
yakin tentunya tidak semua masyarakat kita masih mentradisikan dirinya seperti
itu, hanya masyarakat yang belum menyadari akan pentingnya perubahan saja.
Alangkah pesatnya perkembangan negeri ini ketika semua masyarakat telah sadar
akan pentingnya instropeksi diri dan mencoba untuk berubah menjadi masyarakat
yang mempunyai kultur kebiasaan yang mengagumkan. Dengan hanya sedikit demi
sedikit kita semua membiasakan diri tidak akan menyindir orang-orang yang mau
berkembang walaupun dalam kondisi yang sulit, menurut saya hal itu sudah
menjadi perkembangan yang menjadikan tanda-tanda bahwa Negara ini akan memiliki
kultur masyarakat yang semakin diminati oleh bangsa lain dan patut dicontoh
oleh bangsa lain.
Mulai
dari sekarang marilah kita saling menyadari dan memahami terhadap orang lain.
Ketika mereka sedang belajar janganlah mengganggu atau ngetawain. Tetapi kita
justru harus gabung dengan mereka dan mengajak temen-temen kita lagi untuk ikut
bergabung dalam proses belajar tersebut. Kita adalah elemen masyarakat negeri
ini, baik-buruknya masyarakat yang berdampak pada baik-buruknya negeri ini berarti sangat tergantung pada
baik-buruknya diri kita.
Itulah
coretan pada kesempatan kali ini. Dan mohon maaf apabila banyak salahnya.
Karena memang lagi mulai belajar. Selamat berperan dalam membangun negeri…
Terima Kasih
Saudaramu, 7 Juni 2012
Aang Fauzan
0 komentar:
Posting Komentar