Membahas dan menyorot medali kemenangan sudah sangat biasa
serta wajar. Karena hal itulah yang hampir pasti diharapkan oleh setiap orang
dalam hidup ini. Tetapi dalam kesempatan kali ini saya akan mencoba bagaimana
mengkaji tentang apa sih penghargaan yang didapatkan oleh mereka yang belum
menang?? Dan saya mencoba memperkenalkan hal ini sebagai medali kekalahan.
Kekalahan
dalam setiap ajang kompetisi pasti sangat dihindari oleh para peserta yang
mengikutinya. Hal ini sangat kita pahami karena mereka pastilah menginginkan
untuk pulang ke daerah asal dengan medali kemenangan. Tetapi apakah mungkin
dari sekian banyak peserta yang mengikuti suatu ajang kompetisi bisa juara
semuanya?? Jawabanya adalah sangat tidak mungkin karena bagaiamapun dan apapun
yang terjadi tetap ada pihak yang menang dan belum menang. Dan yang menjadi
ganjalan di hati adalah apakah pihak yang terkalahkan akan pulang begitu saja
tanpa adanya medali yang terkalungkan di leher mereka?? Saya akan menjawab hal
itu dengan sedikit ilustrasi seperti berikut ini, kalau menurut saya ketika
mereka telah secara resmi diputuskan bahwa mereka kalah dan secara besar hati
mereka bisa memposisikan serta mengendalikan dirinya itu merupakan suatu
peristiwa penyerahan medali dari diri sendiri kepada diri sendiri pula.
Sebenarnya ia telah sangat berhasil menerima medali ‘keistimewaan’ tersebut
yang dikalungkannya ke setiap hati mereka. Mereka telah berhasil juara dengan
menahlukkan rasa kecewa yang begitu berat, rasa penyesalan, dan segala rasa
yang tidak diharapkan di situ. Tetapi sekali lagi bahwa mereka mampu mengatasi
dan menjuarakan diri dengan segala rasa itu. Serta saya percaya bahwa setiap
mereka yang kalah dalam kompetisi belum tentu cakap untuk mengambil sejarah
istimewa berupa penerimaan medali kekalahan di hati mereka. Karena hanya
orang-orang yang telah berhasil memahami diri yang akan mampu melakukan hal itu
dengan cakap.
Sangat
mungkin bagi mereka yang telah cakap dalam hal itu menganggap bahwa sebenarnya
dia telah menerima medali yang tidak kalah kelasnya dengan medali emas. Yaitu
medali kesabaran yang tidak bisa dicetak oleh setiap percetakan yang ada di
dunia ini. Dan medali itu pun akan tetap melekat dan membekas di hati mereka
sehingga akan selalu teringat dengan peristiwa tersebut. Yang tentunya akan
menjadi motivasi lebih bagi mereka untuk bisa memantapkan diri dan memperbaiki
diri supaya bisa mencapai target medali berikutnya yaitu medali emas yang
dinanti-nantikan. Saya yakin ketika mereka mengikuti ajang kompetisi berikutnya
pasti akan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Karena telah melewati
masa-masa yang penuh dengan makna pembelajaran di dalamnya.
Sehingga
bagi kita, apabila pada suatu ketika mengalami hal yang tidak diharapkan berupa
merasa belum berhasilnya dalam suatu ajang kehidupan. Maka tempatkan diri kita
dengan kondisi yang sebaik-baiknya sehingga kita mampu terlebih dahulu
membekaskan medali belum keberhasilan itu dalam hati yang paling dalam. Agar
kita menjadi jiwa yang lebih tegar, semangat, dan penuh motivasi dalam
menjalankan berbagai hal dalam proses kehidupan ini. Yang akhirnya akan
bermuara pada lebih siapnya diri kita untuk menerima medali emas pada
ajang-ajang kehidupan yang lebih bergengsi berikutnya.
Jadi
marilah kita mulai belajar megambil makna kehidupan yang sebenarnya, pada
setiap peristiwa yang kita lalui dalam hidup ini. Karena saya sangat yakin
bahwa ALLAH telah mendesain setiap peristiwa yang kita alami pasti ada suatu unsur
bermakna yang terkandung di dalamnya. Dan yang perlu diingat lagi bahwa ALLAH
itu akan memberikan hal-hal apa yang kita butuhkan dalam menunjang hidup ini,
bukan memberikan setiap hal yang selalu kita inginkan dalam hidup ini.
Percayalah pada Keadilan ALLAH yang tidak bisa kita sanksikan lagi.
Sepertinya
cukuppppp, kalau banyak salah tentunya
minta maaf yaa. Karena lagi mulai belajar. Semoga bermanfaat.
Teriama Kasih,
Saudaramu, 7 Juni 2012
Aang Fauzan
0 komentar:
Posting Komentar