Sebelumnya saya ingin meluruskan judul coretan ini bahwa
kata “menilang” tersebut bukan berarti saya di jalan raya terus menghentikan
laju kendaraan Pak Polisi untuk menanyakan SIM, STNK, ataupun surat kelengkapan
berkendara lainnya. Tetapi maksud kata
tersebut akan saya coba ilustrasikan dengan pengalaman pribadi saya yang
menurut saya lumayan lucu dan setidaknya ada virus ngakak inside di dalamnya.
Kurang-lebih
ceritanya seperti ini ketika lebaran beberapa hari saya dan sekeluarga akan
bertolak menuju Semarang ke rumah Aoh (panggilan khas salah satu adik ibu)
kalau tidak salah pada waktu itu ada acara nikahan. Pada waktu mempersiapkan
barang apa yang harus dibawa, tiba-tiba bapak menyuruh saya untuk membelikan
chasan HP karena chasan yang di rumah sudah cukup error. Saya pun berangkat
dengan segera menuju konter yang menyediakan barang yang saya cari. Saya pergi
nylonong begitu saja dengan sepeda motor. Setelah saya berhasil membeli chasan
yang dibutuhkan bapak kemudia saya langsung pulang ke rumah. Jalan yang saya
pilih dari konter itu menuju rumah adalah jalan yang melewati Kantor Polisi
karena memang sedikit lebih praktis dan saya yakin tidak ada tilang karena
masih suasana Lebaran. Saya dengan sangat santai berkendara seperti biasanya,
tetapi ternyata ada hal yang special di sini bahwa saya “dikawal” alias dikejar
Pak Polisi karena memang secara fulgar saya terlihat tidak memakai helm. Dan hal
yang tak diduga-duga Pak Polisi itu memberhentikan saya dengan cara mendahului
saya serta berusaha menepi ke pinggir jalan tepat di depan rumah yang notabenya
rumah saya tidak jauh dari Kantor Polisi tempat start Pak Polisi tadi.
Setelah Pak Polisi itu berhasil
memberhentikan laju kendaraan saya, begitu kagetnya saya karena saya sudah
merasa apes harus ketilang padahal tidak membawa perlengkapan berkendara secara
komplit. Kalau memang ditilang berarti kena biaya tilang yang lumayan juga. Anehnya
lagi pada waktu itu ibu saya sedang di depan rumah secara spontan ibu sedikit
berteriak menegaskan bahwa itu adalah anak saya. Setelah mendengar itu, Pak
Polisi dengan hati yang menurut saya sedikit malu harus berbalik arah menuju
posnya lagi dengan meninggalkan sedikit senyuman. Pada waktu itu juga kakak
saya juga sedang di depan rumah tetapi dia seperti tidak tau saja palahan dia
terlihat senyum geli dicampur sedikit daya ejek yang terlihat dari mukanya. Dan
setelah Pak Polisi itu berbalik arah kakak saya pun terlihat lebih puas dalam
menertawakan saya. Tetapi saya masih penasaran kok bisa berbalik arah Pak
Polisi tadi setelah mendengar ucapan ibu. Kemudian saya dengan segera
menanyakan hal ini dan ternyata ibu sudah lumayan paham dengan Pak Polisi tadi
dan mungkin Pak Polisi tadi juga sudah paham dengan ibu. Karena Pak Polisi tadi
sering bertugas di pasar tempat ibu berjualan jadi ibu tak jarang melihat Pak Polisi
tadi ketika beroprasi di pasar. OOOOO jadi begitu to buk, untung banget ngak
jadi ketilang beneran kalau bener-bener jadi ketilang mungkin uang yang saya
kantongi di lebaran ini bisa ludes untuk membayar uang tilang, hhhhe2.
Kemudian efek dari kejadian ini
sempet menjadi tranding topik bagi saudara-saudara yang tahu untuk mengejek
saya. Kebetulan memang saat itu lagi moment lebaran jadi banyak saudara yang
lagi ngumpul dan alhasil jadi banyak yang tau dehhh. Tetapi tidak masalah
setidaknya saya telah berhasil dengan tidak sengaja membuat kisah yang mungkin
sulit dilupakan oleh saya.
Yaaaa begitulah sepenggal kisah
yang pernah saya alami beberapa tahun yang lalu tepatnya ketika saya masih SMA.
Terima Kasih
Saudaramu, 6 Juni 2012
Aang
Fauzan
0 komentar:
Posting Komentar