Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, dan Mulai dari sekarang....!!! -aa Gym-

Sekolah Dasar

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sekolah Menengah Pertama

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sekolah Menengah Atas

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

UNTUK INDONESIA TERCINTA

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 25 November 2015

Tips Bagi Waktu


25 November 2015
Ketika sudah berminggu-minggu terlewatkan dari pertama kali aku pengen membuat jadwal pembagian waktuku sehari-hari, akhirnya hari ini aku mendapatkan tips yang menurutku klop. Tips ini aku dapet saat ngaji di masjid kantorku, jujur nama pak ustadz nya aku belum tahu (padahal sudah beberapa kali mendengar ceramah beliau,hehe). Dari penceramah-penceramah luarbiasa yang sering diundang ke masjid kantor, ustadz ini adalah penceramah yang paling aku tunggu. Karena tadi, apa yang disampaikan beliau kurasa klop dengan jalan pikiranku.
Kurasa moment ini tepat banget, dimana beliau memberikan tips membagi waktu sehari-hari disaat aku punya rencana untuk membuat jadwal pembagian waktu sehari-hari ku. Beliau memberikan tips ini begitu sederhana, kurang lebih seperti ini “sehari kan ada 24 jam, bagilah waktu 24 jam dalam sehari itu 1/3 untuk ibadah kepada ALLAH, 1/3 untuk kepentingan pribadi, dan 1/3 lagi untuk mencari makan”. Sederhana kan…?
Kemudian aku mencoba memperdalam lagi tips dari beliau ini yang aku sambungkan dengan penalaranku,
1.  1/3 untuk Ibadah Kepada ALLAH
Yang masuk ke dalam 1/3 bagian di sini pokoknya hal-hal yang berhubungan antara kita sebagai manusia dengan ALLAH SWT sebagai pemilik alam semesta ini. Seperti : sholat, ngaji, dzikir, tilawah Al-Qur’an, bersholawat, dst.
Fakta sekarang, dibagian 1/3 ini belum semua manusia (termasuk diriku sendiri) menyadari bahwa ini adalah fase yang paling penting dalam pembagian waktu. Hal yang seharusnya paling diprioritaskan dalam waktu 24 jam kita dalam sehari. Sebagai bukti tak sedikit diantara kita menganggap dengan sholat wajib 5 waktu saja sudah cukup ibadah kita, sudah marem, sudah merasa memenuhi kewajiban ibadah, sudah puasss. Padahal kalo dihitung-hitung sehari 5 waktu sholat wajib, tidak lebih dari 1 jam. Hitungan kasarnya, 1 kali sholat wajib taruklah 10 menit (10 menit X 5 waktu= 50 menit). Jadi kalo hanya sholat wajib tok yang 5 waktu itu, hanya sekitar 50 menit sehari padahal kita sehari diberi jatah waktu 24 jam, baru seperberapanya itu. Pantaskah meminta surga…? Malu sama ALLAH ngak ya kira-kira…?
Contoh itung-itungan itu untuk yang mau sholat 5 waktu dalam sehari ya. Terus bagaimana yang belum sholat…? Bisalah dibayangkan sendiri. Jangan-jangan belum sholat pun juga minta surga.hehe
Kalau harus jujur ini juga sebagai pukulan telak bagiku sendiri, karena sehari belum memposisikan 1/3 bagiannya untuk ibadah. Bahkan setelah mengetahui hal ini pun aku masih bertanya pada diri sendiri “mampu ngak yaa sehari 1/3 bagian ini aku lakukan” kan aku kerja, belum perjalanan yang harus macet, belum…, belum…, belum…, ahhhh sudahlahhh manusiawi banget. Bismillah setidaknya mendekati 1/3, setidaknya aku melaksanakan bagian ini memberikan porsi yang lebih banyak dari sebelumnya, setidaknya aku sadar tidak hanya sholat wajib 5 waktu tok ibadahnya, sukur-sukur palah bisa lebih dari 1/3 bagian, aamiin. InsyaALLAH secepatnya akan ku coba, semoga temen-temen semua juga bisa mencoba yaa.
Kalau direnungkan lagi tugas utama kita ada di dunia ini ya untuk ibadah lhooo, ibadah sebagai bekal amal kita untuk di akhirat nanti. Tapi kok yaaa tetep keteter, astagfirullah… maafkan hambaMu ini ya ALLAH… Kegiatan-kegiatan yang bersifat duniawi itu, ya hanya sebatas kegiatan pendukung saja. Kalau diibaratkan sebuah pertandingan sepakbola, pertandingan sepakbolanya itu adalah intinya atau acara utamanya, ibarat ini adalah ibadah itu sendiri ketika kita ada di dunia. Sedangkan seperti penjualan tiket, perawatan lapangan, memastikan stadion aman adalah hal-hal pendukung supaya pertandingan sepakbola sebagai acara utamanya bisa terlaksana dengan baik. Itu layaknya seperti kita harus berkerja, harus refreshing, harus pegang HP supaya kegiatan utama kita yaitu ibadah bisa terlaksana dengan baik. Bukan palah kita lupa tugas utamanya apa atau palah lebih mementingkan hal-hal pendukung ketimbang hal utamanya. Sebagai refreksi diri saja, kalau merasa seperti itu harus waspada, segera sadari, dan cepet-cepet berubah.
Mungkin di 1/3 pertama ini temen-temen bisa merenungkan lagi, bisa dinalar lagi, bisa diotak-atik lagi untuk menyiasati waktu temen-temen. Benang merahnya saat tausiah kemaren ditekankan bahwa kita harus memporsikan 1/3 waktu kita dalam sehari untuk beribadah kepada ALLAH SWT, bahkan itu MINIMAL lhoo. Selamat mencoba…!
2.  1/3 untuk Kepentingan Pribadi
Kita sebagai mahluk hidup pasti harus memperhatikan kondisi jasmani dan rohani, di bagian 1/3 ini menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan pribadi manusia itu sendiri. Seperti: tidur, refreshing/piknik, nonton TV, utak atik HP, dst.
Fakta hari ini, kebanyakan dari kita (termasuk aku sendiri) paling banyak menghabiskan waktu dalam sehari di bagian ini. Tidak lagi 1/3 waktu dalam sehari dihabiskan untuk bagian ini, tapi sudah lebihhhh. Kalau dibagian ini tidak dianjurkan untuk menggenjot atau menambah porsinya, justru harus dievaluasi kalau memang sudah melebihi 1/3 bagian jatah waktu sehari kita ya mau ngak mau harus di rem. HARUSSS...!
Betapa menyenangkan sekali, ketika kita pulang kerja berasa cuaaapeeeek terus bermesraan dengan smartphone sambil klekaran (tiduran). Cek facebook, instagram, twitter, path, whatapps, line, BBM, wechat, dll. Fiiiiuuuhhhhh, berjam-jam mantengin HP pasti betah cuuuuyyy, tiba-tiba lihat jam “lhooo kok sudah jam...”.  Atau jangan-jangan 1/3 jatah waktu kita sehari hanya untuk pegang HP..? Mungkin guyonannya, “lha kan sekarang di HP sudah bisa mbukak Al-Qur’an”. Kalau memang bener membuka Al-Qur’an, alhamdulilah.
Setelah tadi malem mainan HP sampe larut malem, besoknya ngantuk beraaaaat deh. Enaknya ngapain hayooo? Paling enak ya tidurrrrr. Ini nii salah satu contoh pola hidup yang tak terasa mengakibatkan jatah waktu kita sehari bisa amboradol gak jelas. Soalnya memang enak si dan njalaninya lebih santai, tidak berat. Tapi kalau gak terasa menjadi kebiasaan gimana hayoo..? kan sayang yaa nikmat waktu yang sudah dianugerahkan oleh ALLAH SWT untuk kita. Itu si menurutku pribadi ya, jadi kalau ada yang kurang sependapat sah-sah saja.
Tiba-tiba inget contoh dari Kanjeng Nabi yang mencontohkan menyegerakan tidur malem supaya nanti di 2/3 malem bisa bangun dan bisa menjalankan qiamul lail. Saya rasa ini adalah contoh yang sangat baik. Kanjeng Nabi tidak tidur melampaui batas yang dibutuhkan tubuh, namun tidak juga menahan diri untuk beristirahat sesuai kebutuhan. Jadi intinya tidur sesuai takaran saja.
Inget lagunya bang Rhoma “Begadang”,
Begadang jangan begadang
kalau tiada artinya
begadang boleh saja
kalau ada perlunya
3. 1/3 yang Terakhir untuk mencari makan
Mencari makan disini adalah bekerja mencari nafkah yang nantinya buat makan, sandang, dan papan baik untuk diri sendiri maupun keluarga. Tidak bisa mengelak bahwa ada ungkapan “bekerja itu ibadah”, aku sangat setuju dengan ungkapan tersebut. Tetapi ketika pekerjaan itu mengharuskan kita menunda sholat gimana..? atau bahkan meninggalkan sholat, bagaimana kalau itu terjadi setiap hari kerja..?  intinya boleh kita bekerja, berjualan, atau kesibukan lain dalam mencari duit halal justru itu bisa dibilang harus, tetapi yang harus diingat adalah hal ini jangan sampe menggagu ibadah kita yang merupakan tugas utama.
Lhaaa sekarang kalau jam kerja di kantor aja sudah lebih dari 1/3 jatah waktu sehari (8 jam), bagaimana?. Ini terjadi juga dong dengan diriku sendiri, jam kerja kantorku dari jam 07.30-17.00 (itu artinya 9 ½ jam). Lhaa disini kita yang harus cerdik menyiasati, aturlah sesuai dengan kondisi kantor kita bagaimana. Kalau di kantorku alhamdulilah ada jam istirahat, buat shalat dhuha pun juga masi bisa, di waktu-waktu seperti inilah kita bisa mengolah menjadi waktu ibadah. Memang tidak gampang karena aku pun biasanya kalau ada istirahat ya bisa tak habisin buat tidur, pegang hp, atau semacemnya. Itu artinya kembali lagi ke niat kita, kalau kita sudah punya niatan baik insyaALLAH selama ada jam ‘lowong’ di kantor bisa kita manfaatkan buat ibadah. Jujur, aku pun juga sedang belajar tentang hal ini kok.
Kita mungkin pernah tahu ada orang yang dari petang hingga petang HANYA mencari uang, HANYA mengejar kebahagiaan dunia. Seakan sudah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, dari terbang kesana kemari tak mengenal lelah. “pokoknya harus SUKSES...”. Tidak salah kita memiliki cita-cita sukses, tapi harus sukses dunia dan akhirat. Gak ada gunanya kalau cuman sukses dunia saja, seakan-akan kalau hanya sukses dunia itu sama aja “tertipu”. Lawong, dunia itu sebagai sarana saja supaya bisa sukses di akhirat kok. Masak mau mati-matian ngejar dunia yang hanya sementara ini, jangan mau ditipu oleh hingar bingar dunia yang melenakan.
Di dunia ini ada 2 keharusan baik buat nasib seseorang, “kalau kaya harus dermawan, kalau miskin harus sabar”. Terus kalau pas-pas an...?? hihihi.. selagi bisa berbagi tetap harus berbagi, itu biar lebih gampang.

Begitulah catatan yang bisa aku share, berawal dari sekelumit wejangan saat ngaji kemaren. Kemudian coba aku renungkan dan jadilah tulisan ini. Mungkin ada yang kurang sependapat, sah-sah saja karena wajar setiap manusia memiliki sudut pandang. Semoga bermanfaat tulisan seadanya ini.
Yang tak kalah penting, ketika kita sudah sadar bahwa waktu yang dianugerahkan ALLAH di dunia ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Yang setuju dengan pembagian waktu sehari-sehari silakan bisa dicoba, misal dengan menulisankan di selembar kertas yang bisa ditempel di kamar. Tulisan yang sekedar sebagai pengingat kita bahwa kita punya jadwal ‘kehidupan’ yang harus dijalankan. Silakan diolah sefleksibel mungkin, senyaman mungkin, sebermanfaat mungkin yang penting disiplin dan istiqomah. InsyaALLAH bisa.

Jakarta, 26-11-2015

     Aang Fauzan

Sabtu, 21 November 2015

Diselamatkan Oleh Buntelan Nasi Uduk



Sudah beberapa pekan ini setiap hari Jum’at aku dan temen-temen mempunyai kegiatan berbagi, selama ini yang sudah kami bagikan baru buntelan nasi atau bubur kacang ijo. Teknisnya setiap hari kamis, ada kotakan yang kami isi semampu kami. Sebagai patokan dulu kita tetapkan 10rb atau 15rb per minggunya untuk tiap orang, tapi gak harus saklek bisa di bawahnya atau malah di atasnya. Berapun yang terkumpul akan digunakan untuk membeli amunisi buat dibagikan Jum’at esok harinya. Awalnya hanya membagikan 6 buntel nasi uduk, semakin kesini semakin menakjubkan bahkan tembus 125an buntel nasi uduk dan bubur kacang ijo sepekannya. Kebetulan aku sebagai kurir dalam membagikan amunisi-amunisi ini yang seringnya ditemani oleh Irfan. Sembari kami berangkat ngantor di pagi hari, kami bagikan amunisi itu sepanjang jalan. Alhamdulilah akhirnya kesampaiaan juga melaksanakan hal baik yang sebenarnya sederhana tapi untuk memulainya wowwwww tidak gampang. Kalau ditarik ke belakang, sudah cukup lama aku dan temen-temen punya rencana semacam ini. Sudah dibahas ngalor ngidul, tapi apa daya hanya wacana alias no action. Bagaikan Abunawas yang AKAN terbang, hanya AKAN saja tidak juga terbang-terbang.
Istiqomah, iklas, gasss…! Begitulah slogan ‘pembakar’ berbagi kami. Seperti slogan kami semoga selalu istiqomah dalam hal yang kami rasa baik ini, selalu memiliki keiklasan untuk membantu apapun ke sesama, dan berani untuk meng-gasss memulai apapun yang dirasa baik.
Temen-temen pun juga sangat bisa untuk mengajak komunitasnya berbagi, dimulai dari hal yang sederhana saja. Gak usah muluk-muluk, yang penting berani jalan dan istiqomah. Semoga temen-temen bisa merealisasikan kegiatan baik yaaaaa. Aamiin…
-------------------------------
 Jum’at, 23 Oktober 2015
Sebenarnya di tulisan kali ini aku pengen meng-share pengalaman yang ngak biasa saat membagikan amunisi di pekan ke-14. Sungguh tak terasa sudah masuk pekan ke-14 dalam minggu ini, laporanku di grup watsap pekan ini berbunyi seperti ini ‘alhamdulilah sekali temen-temen, pekan ke-14 ini bisa mendistributorkan 109 buntel nasi uduk. Kemaren alhamdulilah terkumpul 540rb. Semoga berkah buat kita sekeluarga ya gaess. Istiqomah, iklas, gasss…!’
Di balik laporan itu, ada ‘penyelamatan’ yang dilakukan oleh buntelan-buntelan nasi uduk yang kami bawa sepanjang jalan. Jadi ketika kami melintasi di sekitaran Blok-M yang hampir tiap hari di kawasan ini padat merayap kondisi lalu lintasnya, ada bapak Polisi pengatur lalu lintas kira-kira berjarak 50 meter di depan motor kami yang sedang berhimpit-himpitan mencari celah untuk melaju. Karena memang pada saat itu kebetulan macetnya agak parah, jadi motor untuk bergerak pun cukup sulit. Pak Polisi tadi pun melambai-lambaikan tangannya ke arah kami, pertanda kami disuruh menepi. Saat itu kami kaget dan setengah ragu ‘apa bener itu pak Polisi ngode kita’, kami hanya bisa menggrutu dalam hati. Lambat laun pak Polisi tadi semakin mendekat ke arah kami dan memang bener ‘kode’ lambaian tangan tadi buat kami berdua. Akhirnya tanpa bisa mengelak lagi, kami dipandu menepi oleh bapak Polisi yang baik hati ini. Seperti biasa pak Polisi hormat dulu ‘selamat pagi, liat surat-suratnya tadi telat saat hidupin lampu motornya’ kurang lebih intinya seperti itu yang menjadi alasan kenapa kami di tepikan. Tapi memang bener aku baru menyalakan lampu setelah melihat pak Polisi ini dan ternyata beliau melihat.hehe
Terjadilah obrolan santai kurang lebih seperti ini: (a=aku, p=pak Polisi)
P= ‘mana surat-suratnya’
A= turun dari motor, ‘bentar pak’. Akan membuka jok untuk mengmbil seperangkat suratnya karena seperti biasa semua aku taruk dalam jok. Sembari aku bilang ‘pak ini kami dari komunitas berbagi lhooo’
P= ‘bagi apa..?’
A= ‘nasi bungkus pak’ sembari menunjuk ke plastik besar yang dibawa Irfan
P=’dimana..?’
A= ‘sepanjang jalan pak’
P= ‘ohhh dari komunitas berbagi ya, yaudah jalan’
A= ‘makasih pak’ sambil pura-pura nanya jalan ‘lewat sini boleh pak’
P=’boleh’
Setelah kami jalan, aku dan irfan hanya prengas-prenges campur aduk perasaannya.hihihi. Surat-surat pun belum selesai aku keluarkan dari jok, ehhh sudahhh bebasssssss. Kami menyimpulkan ini berkat kegiatan berbagi nasi yang kami lakukan. Coba kalau gak bilang dari komuitas berbagi. Paling gak harus mengeluarkan lembaran dari dompet.hehe
Dan aku pun percaya ini adalah pertolongan ALLAH yang dilewatkan nasi bungkus. Mungkin ini sangat sederhana, hanya terhindar dari tilangan Polisi tapi begitu kelihatan ada pertolongan ALLAH di dalamnya. Dan aku sangat sangat yakin ketika kita berbuat baik karena ALLAH semata, pasti ALLAH akan membalasnnya dengan hal yang jauh berlipat-lipat lebih baik. Semua kebaikan akan balik ke kita juga, kebaikan juga menjadi tabungan yang kekal untuk bekal itung-itungan di akhirat nanti. Subhanallah……
Aku juga mengucapkan terima kasih kepada siapa saja yang telah banyak membantu dalam merealisasikan kegiatan berbagi ini. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan ALLAH SWT dimanapun dan kapanpun. Aamiin…
Semoga kegiatan ini tetap berlangsung sampai pekan yang tak terhingga. Aamiin……….

Ciledug, 21 11 2015

By Aang Fauzan
                                                  gambar diambil pas di pekan ke-14


                                                         ane dan Irfan ketika beraksi

Jumat, 20 November 2015

Nunggu Panggilan Sang Ilahi

Aku punya temen main seangkatan di daerahku Salaman Magelang Jawa Tengah, panggilannya Huda. Saat masih kecil dulu cukup sering kita (aku dan Huda) dan temen-temen yang lain menghabiskan waktu bersama, baik itu main bola, nonton bola atau sebatas cuplikan bola di TV yang tidak jarang kita harus berbondong-bondong merapat ke salah satu temen yang punya parabola biar jernih tanpa ada semut gelot, main kelereng, mancing, mencari keong, main petasan, bahkan sampai memasak, dan lain-lain. Semua hal ini kami (aku, Huda, dan temen-temen) lakukan dengan begitu meriahnya, penuh kebersamaan walaupun sesekali berantem dikalangan kami juga tidak bisa dihindari lagi tentunya ini berantem yang wajar bagi anak-anak saat itu. Aku inget pernah ‘duel’ sama Huda dibelakang rumahku, kalau tidak salah itu karena persoalan bermain kelereng. Dan saat itu ada bu mak (ibunya ibuku) yang membuat ‘duel’ ku sama Huda tidak berlangsung lama. Tak lama kita pun ya berdamai lagi bermain bareng lagi, sewajarnya anak kecil yang berantem terus berdamai.
Semenjak aku SMA kita sudah cukup jarang bertemu karena aku memilih SMA Kabupaten tetangga yang berjarak 30 km an dari pintu rumahku. Ini cukup jauh, sedangkan Huda SMA nya di Magelang alhasil kita jarang sekali bertemu apalagi ditambah aku saat itu juga harus kos. Kalau berbicara sekolah memang aku adik kelas Huda dua tingkat, jadi ketika dia kelas 3 SD, aku masih kelas 1 SD. Setelah lulus SMA, aku diberi rezeki oleh ALLAH untuk menimba ilmu di Provinsi sebelah. Yang berjarak ratusan kilometer dari pintu rumahku, pulang ke Salaman hanya kalau ada libur panjang seperti habis semesteran. Ini membuat aku jarang jarang jarang sekali bisa bertemu Huda. Tetapi di waktu pulang kampung saat kuliah ini, tak jarang aku memilih merapatkan tubuhku ke rumah Huda. Sekedar mengobrol apa saja yang bisa kita obrolkan sembari menikmati syahdunya malam di depan rumahnya. Dari obrolan yang sering kita utarakan, aku melihat bahwa Huda memiliki ketertarikan yang cukup besar dalam bidang sejarah baik sejarah Nasional ataupun Internasional. Jadi nyenengin ketika tak jarang ku bombardier dengan pertanyaan-pertanyaan yang berbau sejarah. Cukup banyak kisah-kisah dilontarkan yang sebelumnya belum aku ketahui, dan aku hanya bisa manggut-manggut.
Aku sempet pindah tempat menimba ilmu di bangku kuliah, dari Bogor pindah ke Bintaro. Di tempat kuliahku yang baru ini aku diberikan rezeki untuk menimba ilmu kurang lebih baru setahun (semoga masih bisa menimba ilmu disana lagi) dan setelah itu diberi rezeki untuk menikmati ‘nganggur’ di rumah kurang lebih 10 bulan. Lhaa di masa-masa nganggur ini aku bisa sering bertemu Huda lagi, Huda yang sekarang kurang lebih tetep masih sama dengan style yang ‘seadanya’ gak neko-neko. Hanya saja sekarang rambutnya sudah gondrong berbeda kala jaman sekolah dulu dan tanpak lebih kurus. Huda di masa ini sedang menikmati masa kuliahnya, tak jarang aku sering melihat Huda kala dia berangkat kuliah. Celana panjang, kemeja lengan panjang dilipet, rambut dikucir terkesan santaaaaaiii sambil jalan kaki menuju pinggiran jalan raya untuk menstop angkutan umum yang menghantarkan ke pusat Kota Magelang dimana gedung perkuliahannya berada yang berjarak kira-kira 17 km dari rumahnya. Cukup sederhana sekali, sangat sangat sederhana malah. Bahasa jawanya nriman. Waktu-waktu ini aku sering ngemesseges Huda sekedar menanyakan ‘posisi di rumah?’, karena aku sering nebeng internet di modemnya terlebih untuk mengupload gambar (untuk mengisi waktu nganggurku, aku kadang gambar buat ikut kontes di internet tepatnya di 99designs tapi belum pernah menang blasss dan karena gak punya kuota internet sendiri alhasil kuota Huda menjadi pilihan yang renyah kala itu). Di masa ini juga, aku melihat Huda mulai ‘mapan’ di dunia maya nya. Bermodalkan laptop acer dan modem, dia bisa menjelajahi dunia dari dalam rumahnya. Aku melihat seakan Huda mendapatnya sarana untuk mencurahkan apa yang dia mau lewat internet, dari status-status facebooknya yang kadang tidak terduga. Gak tau tepat atau tidak ketika dia lebih memilih membeli seperangkat internet ketimbang membeli motor. Karena di jaman modern laki-laki muda gak punya motor itu sesuatu banget, atau mungkin dia sudah mapan dengan kendaraan umum saat berpergian.
Itulah sekelumit cerita dari Huda yang masih bisa aku ceritakan.
------------------------------------------

20 November 2015
              Jum’at siang aku watsap Bapak, tapi kok gak dibales-bales ya padahal sudah centang dua. Apa bapak sudah kelupaan cara makai  watsap gimana? Karena sangat wajar bapak yang sudah sepuh dan tiba-tiba dipegangi hp android tunyuk-tunyuk yang mungkin njelimet bagi orang sepuh. Jum’at malam sepulang kerja sambil rebahan di kamar. Membaca balesan watsaps dari bapak di Magelang. Bapak mengkabari dua kabar penting ke aku, yang pertama adalah bu puh (mbaknya ibu sedang di rawat di rumah sakit) dan temenku Huda meninggal karena sakit paru-paru.
              Mbyaaaaaarrrrrrrr, tersentak ketika mendapat kabar itu terlebih kabar kedua ‘Huda meninggal’. Langsung aku membuka facebook  dan ke profilenya Huda, ohhhhhhh  benar ada status bertajuk innalilahi wainailahi roji’un di berandanya tertanggal 11 Nov 2015. Bener-bener kaget gak nyangka, seorang Huda sudah meninggalkan dunia ini. Ya ALLAH, bener-bener kaget. Kemudian kabar ini memecut ku kembali bahwa umur itu gak ada yang tau. Lagi-lagi aku diingatkan dengan dalem perkara jatah umur. Ya ALLAH, jatah umurku berapa lama lagi. Sudah berapa lama jatah umurku, aku lewati dengan sia-sia dan menumpuk dosa. Astagfirullah. Lagi-lagi aku teringat kalimat yang mungkin sebagian orang bosan mendengarnya, ‘meninggal tidak harus menunggu tua’. Tapi bagiku saat ini kalimat itu sungguh bermakna daleeeem. Takut tiba-tiba jatah umur habis dan belum mempersiapkan bekal untuk akhirat. Ya ALLAH, mudahkanlah hambaMu ini untuk menjalankan kewajiban sesuai yang Engkau perintahkan. Tegurlah hamba ketika mulai mlenceng dari garis yang telah Engkau tetapkan ya ALLAH. Kalau inget mati seperti ini, bawaanya pengen berbuat baik terusssss. Tapi terkadang banyak faktor yang bisa menggoyahkan niat baik itu, seperti lingkungan keseharian yang heterogen. Kuatkan hamba dan semua saudara-saudara hamba untuk senantiasa istiqomah beribadah di jalanMu.
               Tiba-tiba aku langsung tertuju ke sosok Del Piero yang merupakan pemain favorit Huda dari jaman kecil dulu. Sekarang Del Piero masih memiliki jatah umur di dunia, sedangkan Huda yang jauh lebih muda sudah habis jatah hidup di dunia. Bu puh yang sedang di rawat di rumah sakit itu juga merupakah guru semasa Huda TK. Jauuuuuuh sekali Huda lebih muda ketimbang Bu Puh. Tapi  meninggal itu tidak harus tua, tidak harus lama hidup dulu, tidak harus sampai tua…! Masihkan berpikiran akan beribadah kala tua nanti…?
             Sejatinya aku dan mahluk hidup di dunia ini sedang nunggu ‘jatah’, nunggu giliran, nunggu ‘panggilan’ kapan harus meninggalkan dunia ini. Dihadapan ALLAH semua manusia itu sama baik Presiden, Menteri, Tukang becak, dll. Semua sama dihadapan ALLAH, yang membedakan hanya amalan selama hidup di dunia. Ngapain aja si ketika diberi jatah untuk hidup di dunia…? Tertipu kah dengan hiruk-pikuk hingar-bingar dunia yang melenakan ini….?
               Aku kira semua manusia yang berakal akan tau mana yang baik dan mana yang buruk. Tapi tidak semua manusia yang berakal mau mengerjakan hal yang baik itu. Yuuuukkkk inget 3M nya aa Gym Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang paling mudah, dan Mulai dari sekarang…!
            Tidak lupa doaku untuk bu Puh semoga diberikan kesehatan supaya bisa beribadah lagi, bisa bercengkrama lagi. aamiin
              Dan untuk Huda tak lupa aku ucapkan innalilahi wainailahi roji’un, semoga menjadi hamba Allah yang  khusnul hotimah. Dan keluarga yang ditinggalkan bisa tabah serta bisa mengambil hikmah dari peristiwa ini.aamiin

Ciledug, 21 11 2015
By Aang Fauzan


saat aku, Huda, dan temen-temen sinoman di salah satu temen yang nikahan

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites