Aku punya temen main seangkatan
di daerahku Salaman Magelang Jawa Tengah, panggilannya Huda. Saat masih kecil
dulu cukup sering kita (aku dan Huda) dan temen-temen yang lain menghabiskan
waktu bersama, baik itu main bola, nonton bola atau sebatas cuplikan bola di TV
yang tidak jarang kita harus berbondong-bondong merapat ke salah satu temen
yang punya parabola biar jernih tanpa ada semut
gelot, main kelereng, mancing, mencari keong, main petasan, bahkan sampai memasak,
dan lain-lain. Semua hal ini kami (aku, Huda, dan temen-temen) lakukan dengan begitu
meriahnya, penuh kebersamaan walaupun sesekali berantem dikalangan kami juga
tidak bisa dihindari lagi tentunya ini berantem yang wajar bagi anak-anak saat
itu. Aku inget pernah ‘duel’ sama Huda dibelakang rumahku, kalau tidak salah
itu karena persoalan bermain kelereng. Dan saat itu ada bu mak (ibunya ibuku)
yang membuat ‘duel’ ku sama Huda tidak berlangsung lama. Tak lama kita pun ya
berdamai lagi bermain bareng lagi, sewajarnya anak kecil yang berantem terus
berdamai.
Semenjak aku SMA kita sudah cukup
jarang bertemu karena aku memilih SMA Kabupaten tetangga yang berjarak 30 km an
dari pintu rumahku. Ini cukup jauh, sedangkan Huda SMA nya di Magelang alhasil
kita jarang sekali bertemu apalagi ditambah aku saat itu juga harus kos. Kalau berbicara
sekolah memang aku adik kelas Huda dua tingkat, jadi ketika dia kelas 3 SD, aku
masih kelas 1 SD. Setelah lulus SMA, aku diberi rezeki oleh ALLAH untuk menimba
ilmu di Provinsi sebelah. Yang berjarak ratusan kilometer dari pintu rumahku,
pulang ke Salaman hanya kalau ada libur panjang seperti habis semesteran. Ini membuat
aku jarang jarang jarang sekali bisa bertemu Huda. Tetapi di waktu pulang kampung
saat kuliah ini, tak jarang aku memilih merapatkan tubuhku ke rumah Huda. Sekedar
mengobrol apa saja yang bisa kita obrolkan sembari menikmati syahdunya malam di
depan rumahnya. Dari obrolan yang sering kita utarakan, aku melihat bahwa Huda
memiliki ketertarikan yang cukup besar dalam bidang sejarah baik sejarah
Nasional ataupun Internasional. Jadi nyenengin ketika tak jarang ku bombardier dengan
pertanyaan-pertanyaan yang berbau sejarah. Cukup banyak kisah-kisah dilontarkan
yang sebelumnya belum aku ketahui, dan aku hanya bisa manggut-manggut.
Aku sempet pindah tempat menimba ilmu
di bangku kuliah, dari Bogor pindah ke Bintaro. Di tempat kuliahku yang baru
ini aku diberikan rezeki untuk menimba ilmu kurang lebih baru setahun (semoga
masih bisa menimba ilmu disana lagi) dan setelah itu diberi rezeki untuk menikmati
‘nganggur’ di rumah kurang lebih 10 bulan. Lhaa
di masa-masa nganggur ini aku bisa sering bertemu Huda lagi, Huda yang sekarang
kurang lebih tetep masih sama dengan style
yang ‘seadanya’ gak neko-neko. Hanya saja
sekarang rambutnya sudah gondrong berbeda kala jaman sekolah dulu dan tanpak lebih
kurus. Huda di masa ini sedang menikmati masa kuliahnya, tak jarang aku sering
melihat Huda kala dia berangkat kuliah. Celana panjang, kemeja lengan panjang
dilipet, rambut dikucir terkesan santaaaaaiii sambil jalan kaki menuju pinggiran
jalan raya untuk menstop angkutan umum yang menghantarkan ke pusat Kota
Magelang dimana gedung perkuliahannya berada yang berjarak kira-kira 17 km dari
rumahnya. Cukup sederhana sekali, sangat sangat sederhana malah. Bahasa jawanya
nriman. Waktu-waktu ini aku sering
ngemesseges Huda sekedar menanyakan ‘posisi di rumah?’, karena aku sering nebeng
internet di modemnya terlebih untuk mengupload gambar (untuk mengisi waktu
nganggurku, aku kadang gambar buat ikut kontes di internet tepatnya di
99designs tapi belum pernah menang blasss dan karena gak punya kuota internet
sendiri alhasil kuota Huda menjadi pilihan yang renyah kala itu). Di masa ini
juga, aku melihat Huda mulai ‘mapan’ di dunia maya nya. Bermodalkan laptop acer dan modem, dia bisa menjelajahi
dunia dari dalam rumahnya. Aku melihat seakan Huda mendapatnya sarana untuk
mencurahkan apa yang dia mau lewat internet, dari status-status facebooknya
yang kadang tidak terduga. Gak tau tepat atau tidak ketika dia lebih memilih
membeli seperangkat internet ketimbang membeli motor. Karena di jaman modern
laki-laki muda gak punya motor itu sesuatu banget, atau mungkin dia sudah mapan
dengan kendaraan umum saat berpergian.
Itulah
sekelumit cerita dari Huda yang masih bisa aku ceritakan.
------------------------------------------
20
November 2015
Jum’at siang aku watsap Bapak,
tapi kok gak dibales-bales ya padahal sudah centang
dua. Apa bapak sudah kelupaan cara makai
watsap gimana? Karena sangat wajar bapak yang sudah sepuh dan tiba-tiba
dipegangi hp android tunyuk-tunyuk yang mungkin njelimet bagi orang sepuh. Jum’at malam sepulang kerja sambil
rebahan di kamar. Membaca balesan watsaps dari bapak di Magelang. Bapak mengkabari
dua kabar penting ke aku, yang pertama adalah bu puh (mbaknya ibu sedang di
rawat di rumah sakit) dan temenku Huda meninggal karena sakit paru-paru.
Mbyaaaaaarrrrrrrr, tersentak
ketika mendapat kabar itu terlebih kabar kedua ‘Huda meninggal’. Langsung aku
membuka facebook dan ke profilenya Huda,
ohhhhhhh benar ada status bertajuk
innalilahi wainailahi roji’un di berandanya tertanggal 11 Nov 2015. Bener-bener
kaget gak nyangka, seorang Huda sudah meninggalkan dunia ini. Ya ALLAH,
bener-bener kaget. Kemudian kabar ini memecut
ku kembali bahwa umur itu gak ada yang tau. Lagi-lagi aku diingatkan dengan
dalem perkara jatah umur. Ya ALLAH, jatah umurku berapa lama lagi. Sudah berapa
lama jatah umurku, aku lewati dengan sia-sia dan menumpuk dosa. Astagfirullah. Lagi-lagi
aku teringat kalimat yang mungkin sebagian orang bosan mendengarnya, ‘meninggal
tidak harus menunggu tua’. Tapi bagiku saat ini kalimat itu sungguh bermakna
daleeeem. Takut tiba-tiba jatah umur habis dan belum mempersiapkan bekal untuk
akhirat. Ya ALLAH, mudahkanlah hambaMu ini untuk menjalankan kewajiban sesuai
yang Engkau perintahkan. Tegurlah hamba ketika mulai mlenceng dari garis yang telah Engkau tetapkan ya ALLAH. Kalau
inget mati seperti ini, bawaanya pengen berbuat baik terusssss. Tapi terkadang
banyak faktor yang bisa menggoyahkan niat baik itu, seperti lingkungan
keseharian yang heterogen. Kuatkan hamba dan semua saudara-saudara hamba untuk
senantiasa istiqomah beribadah di jalanMu.
Tiba-tiba aku langsung tertuju
ke sosok Del Piero yang merupakan pemain favorit Huda dari jaman kecil dulu. Sekarang
Del Piero masih memiliki jatah umur di dunia, sedangkan Huda yang jauh lebih
muda sudah habis jatah hidup di dunia. Bu puh yang sedang di rawat di rumah
sakit itu juga merupakah guru semasa Huda TK. Jauuuuuuh sekali Huda lebih muda
ketimbang Bu Puh. Tapi meninggal itu tidak harus tua, tidak harus lama hidup
dulu, tidak harus sampai tua…! Masihkan berpikiran akan beribadah kala tua
nanti…?
Sejatinya aku dan mahluk hidup
di dunia ini sedang nunggu ‘jatah’, nunggu giliran, nunggu ‘panggilan’ kapan
harus meninggalkan dunia ini. Dihadapan ALLAH semua manusia itu sama baik Presiden,
Menteri, Tukang becak, dll. Semua sama dihadapan ALLAH, yang membedakan hanya
amalan selama hidup di dunia. Ngapain aja si ketika diberi jatah untuk hidup di
dunia…? Tertipu kah dengan hiruk-pikuk hingar-bingar dunia yang melenakan ini….?
Aku kira semua manusia yang
berakal akan tau mana yang baik dan mana yang buruk. Tapi tidak semua manusia
yang berakal mau mengerjakan hal yang baik itu. Yuuuukkkk inget 3M nya aa Gym
Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang paling mudah, dan Mulai dari sekarang…!
Tidak lupa doaku untuk bu Puh
semoga diberikan kesehatan supaya bisa beribadah lagi, bisa bercengkrama lagi.
aamiin
Dan untuk Huda tak lupa aku
ucapkan innalilahi wainailahi roji’un, semoga menjadi hamba Allah yang khusnul hotimah. Dan keluarga yang
ditinggalkan bisa tabah serta bisa mengambil hikmah dari peristiwa ini.aamiin
Ciledug,
21 11 2015
By
Aang Fauzan
saat aku, Huda, dan temen-temen sinoman di salah satu temen yang nikahan
0 komentar:
Posting Komentar