Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, dan Mulai dari sekarang....!!! -aa Gym-

Jumat, 13 Juli 2012

Satria F dan Helm INK


Ketika aku mulai beranjak remaja, zaman mengharuskan masa itu dibarengi dengan trend bersepeda motor yang divariasi. Sekolah saja yang seharusnya lebih nyaman dan lebih enak berangkat dengan angkutan umum, tak sedikit kaum remaja yang meminta baik secara paksa atau tidak sepeda motor dari orang tuanya. Bahkan tidak jarang ditemui ada seorang remaja yang meminta sepeda motor secara paksa dari orang tuanya, sampai-sampai orang tuanya harus rela berkorban lebih dan “sakit” untuk tetap bisa membahagiakan buah hatinya, misalnya dengan menjual barang-barang kesayangannya atau yang lainnya. 

Ketika kelas 3 SMP aku pun juga terserang gejala pengen punya sepeda motor sendiri  (karena merasa kalau sepeda motornya bapak nga kerennn alias ketinggalan jaman alias jadul, hehe) dan lagi-lagi yang harus berkorban adalah bapak dan ibuku. Dengan kondisi ekonomi yang bisa dibilang pas-pasnya tetapi alhamdulilah selalu disyukuri oleh keluargaku, akhirnya setelah dipertimbangkan dengan matang bapak dan ibu menyetujui untuk membelikan sepeda motor untukku. Mengetahui hal itu tentunya aku sangat sueneng karena telah membayangkan enaknya bisa berkendara sendiri dengan motor sendiri. Angan-anganku pada waktu itu pastilah bisa memiliki sepeda motor yang keren abiiissss. Tetapi aku harus menyadari kalau seumpama aku memaksakan diri mendesak bapak dan ibu untuk membelikan sepeda motor yang kereennn itu bisa-bisa lebih membuat bapak ibu “menangis” dalam senyuman di hadapanku.
Akhirnya pilihan disesuaikan dengan kondisi kami. Karena ini berhubungan dengan motor tentunya yang lebih tahu bapak daripada ibu. Sehingga bapak pada waktu itu memberikan pilihan kepada saya motor apa yang kiranya akan dibeli tentunya harganya yang murah sadjaaa. 1, 2 pilihan mulai bapak tawarkan dihadapanku, tetapi ternyata pilihan yang bapak tawarkan kepadaku itu cukup jauuuuuh dengan motor harapanku. Dan motor yang bisa aku pilih pada waktu itu bisa dibilang sangat-sangat standard apalagi aku baru memasuki masa remaja yang tentunya ada hasrat ingin tampil wahhh. Disitu aku harus memutuskan pilihan yang tidak gampang, akan tetap mendesak bapak ibu supaya membelikan motor pilihanku? (sehingga aku bisa tampil puas dijalanan dengan motor kerenku) Atau memilih motor standard yang ditawarkan bapak?(berarti tidak bisa tampil gaya lawong cuman standard banget). Dengan akal sehat dan budaya malunya wong jowo akhirnya aku tidak memaksakan bapak ibu untuk membelikan motor keren angan-anganku. Dan akhirnya alhamdulilah aku bisa memiliki motor bekas yang harganya berkisar 4jutaan dan sekarang masih menjadi motor tungganganku. Jujur memang tidak bisa buat bergaya seperti angan-angan ku, tidak bisa tampil wahh, dan kenikmatan lainya dengan motor itu, tetapi yang lebih penting yang harus diketahui ternyata motor itu belum begitu penting buatku pada masa itu alias aku hanya terperosok dalam trend ala kaula remaja. Kalau sekolah naik motor tambah boros karena harus beli bensin. Sedangkan kalau naik engkel 800 perak sudah bisa pergi-pulang. Hadehhhh, lagi-lagi maaf pak buk nambah ngerepotin yang ngerepotin sebelumnya saja suda segunuuuuung tak terhingga. Hehe..
Hal yang masih membekas di pikiranku ternyata orang tua kita ketika mengetahui kalau anaknya menginginkan sesuatu, mereka pastilah ingiiiiiinnnnnnn sekali bisa memenuhinya walaupun sebelumnya kita dimarahin karena permintaannya yang neko-neko (tapi dalam hati mereka pasti ada hasrat untuk bisa memuaskan permintaan buah hatinya itu). Sehingga kita sebagai anak akan bisa terlihat bahagia karena memiliki orang tua yang bisa memenuhi kebutuhan. Bagaimana rekan-rekan masihkah kita akan membrontak orang tua untuk membelikan hal-hal yang kita inginkan?? Relakah kita merampas kebahagiaan orang tua demi kita puas?? Yang perlu selalu diingat kapan kita akan berganti peran, membuat bangga orang tua??atau siapkah kita membelikan permintaan orang tua dengan hasil keringat yang halal?? Jawabanya ada pada kita sendiri yang akan direalisasikan dengan tindakan nyata.
SEMANGAT!!!
-----------------------------------------------------
Melihat anak muda zaman sekarang bila dibandingkan dengan anak muda zaman dulu tentunya sangat jauuuuh berbeda. Walaupun kita belum pernah ada pada zaman muda di era dahulu tapi setidaknya kita bisa mendengarkan cerita dari simbah, orang tua, atau orang-orang yang pernah mengalaminya. Salah satunya yang sering saya dengar dari cerita ibuku kalau dulu semasa kecil ibu sering bermain gobak sodor (atau apa gitu aku ga begitu inget namanya) di jalan raya deket rumah karena memang masih jarang sekali kendaraan yang lewat sehingga aku berpikir mungkin jalan raya bisa dibilang sebagai alternatif tempat bermain yang paling wuenak pada masa kecil ibu dulu. Tetapi kita bisa bayangkan untuk sekarang ini, ia sekarang ini!! Untuk menyebrang jalan saja kita harus rela menunggu berdetik-detik sampai bermenit-menit karena sangat buanyaaaaaknya kendaraan yang ngalor-ngidul, ngetan-ngulon.
Hal yang pengen saya angkat bukanlah cerita ibuku itu tetapi hal yang masih ada hubungannya dengan remaja. Saat kita mengemudikan kendaraan di jalan raya yang tentunya milik masyarakat umum ini tak jarang kita menemukan remaja yang “sok” dengan kendaraannya yang mungkin keren abissss+memboncengkan sang pacar dengan pelukan yang mesra padahal belum ijab-kabul lhooo ataupun para remaja yang bangga berkeliaran dijalan tidak jelas lagi, hanya demi memamerkan kendaraannya yang merasa sudah keren abissss dengan suara kenal pot yang war-wer war-wer. Itu tidak hanya terjadi di kota-kota gedhe saja, tetapi di tempat yang dibilang masih ndesooo saja bisa kita temukan. Tak jarang para pemakai kendaraan yang tidak layak ditiru tadi ketika kita telusuri menyangkut keluarganya ternyata bukan keluarga yang berlimpah harta lhoooo. Trus gimana ya kok bisa memiliki kendaraan yang tidak murah harganya??? HUUUUUSSSSSHHHHH sudah jangan mikir yang tidak-tidak, cukup tahu saja kalau itu ada.
Yang ingin saya tekankan disini adalah apakah mereka tidak melihat remaja-remaja lain yang belum mampu bersepeda motor sendiri karena belum punya uang?? Apakah mereka tidak sadar kalau berkendara secara tidak luwes bisa mengganggu pengendara yang lain?? Apakah memboncengkan orang yang bukan mukrimnya secara berlebihan di tempat umum bisa menimbulkan hal yang tidak enak dari segala aspek?? Emang benar masa remaja itu masa yang pualiiiiing ditunggu-tunggu karena katanya siii enak. Tetapi di fase remaja inilah kebanyakan orang akan terbentuk kebiasaan yang membentuk juga wataknya lhoooo.
Jadi untuk kita semua yang pernah melakukan hal yang tidak bermanfaat yaaa tidak usahlah diulangi, yang lagi membandel-bandelnya melakukan hal yang tak bermanfaat ayooooo dengan segera memberanikan diri untuk memerdekakan diri dengan keluar dari fase tersebut, dan yang merasa tidak melakukan kebandelan-kebandelan yang tidak bermanfaat tetap pertahankan. Jadi intinya kita harus selalu menjadikan hari demi hari dalam hidup ini menjadi semakin baik, sehingga tak pantas kita akan menyesali di masa yang akan datang.
AYOOOOOOO….. BARENG-BARENG DENGANKU UNTUK MEMPERBAIKI DIRI!!!
KARENA AKU PUN SEPERTI REKAN-REKAN YANG PERNAH BERBUAT HAL YANG TIDAK BERMANFAAT.
Dan nikmati Satria F dan helm INK (yang mungkin standardisasi keren ala remaja di jalanan), atau sejenisnya dengan syukur dan luwes. BUKAN UNTUK PAMERRRR!!!!!

Cukup sekian, mohon maaf bila banyak hal yang tidak berkenan, terima kasih, dan semoga bermanfaat.

Saudaramu, 14 Juli 2012



        Aang Fauzan

1 komentar:

Hahaha.. keren masbro, ane kira motornya butut gitu.. ckck

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites