Sabtu, 14 Juli 2012
Sehabis sholat isya langsung
capcuzz nderes satu halaman
dan mbaca e-book sedapatnya, kira-kira jam 8 dengan segera memakai seperangkat
alat futsalku untuk bergabung bersama rombongan tetangga bermain futsal yang
telah dijadwalkan setiap malam minggu jam 8 malam. Sebelum meluncur ke lapangan aku
menyegerakan pergi ke semacam toko klontong/supermarket gitu untuk membeli
jahe kemasan karena aku lagi pancingen
(kayaknya akibat hari kamis kemarin ada duri ikan yang nyangkut di tenggorokan
hampir 1/2 hari (12 jam), hehe). Setelah sampai aku langsung mencari produk jahe yang
sudah biasa kubeli kalau sedang mau masuk angin, setelah aku telusuri di salah
satu sudut toko itu ternyata gak kelihatan alias tidak ada. Ehhhh ternyata
ada di tempat pembayarannya, ditaro persis dekat tempat pembayaran. Dengan terburu-buru
aku langsung bilang kalau mau beli produk jahe tadi. Setelah aku menanyakan
harganya, masnya dengan style yang sedikit meragukan bilang 8ribu emang siiii
ada label harganya 8000. Lhoooo aku sedikit mlongo
dalam hati sambil berucap perasaan harganya di bawah 4ribu deh. Apa salah
ya harganya?? Pikiranku juga memaksa mengingatkan beberapa waktu yang lalu aku
pernah beli roti disini dengan mas ini deh kayaknya harganya 1ribu, dan setelah
beberapa hari kemudian karena rotinya enak aku mau beli lagi tetapi sekarang
yang lagi nunggu bukan mas yang seperti kemaren lagi ehhhh ternyata harganya 3ribu sehingga
akupun tidak jadi beli roti lagi (aku yakin beberapa hari yang lalu masnya ini
salah harga ketika menjual roti).
Dengan latarbelakang kejadian
itu, akupun harus mengeluarkan jurus maut yang luwes untuk keluar warung ini
dan tidak jadi beli produk jahe tersebut lawong
mahal jwee dan aku yakin ini
bener-bener kemahalan. Kebetulan masnya lagi ada telepon wahhh ini kesempatan
untuk kabuuuuur, dengan bilang sekeluarnya dari mulutku akupun tidak jadi beli
produk jahe (padahal tadi sempet kemasan kardusnya dibuka karena ingin tahu
isinya berapa, hehe), ini bener-bener soryyyyyyy lho mas.
Dengan segera aku langsung
meluncur ke supermarket yang jaraknya hanya sekitar 250meter dari toko tadi. Aku
langsung bergegas masuk dan mencari produk jahe yang sama persis dengan tadi,
ehhhhh harganya separo lebih yaitu 3.250an. Dalam hati aku berucap bener toooo
harganya di bawah 4ribuan, lumayan deh 4ribu lebih bisa tetap parkir di kantong. Hehe..
Dari kejadian itu ada hikmah yang
bisa aku tarik, bagaimana ketika seseorang mau berusaha secara lebih untuk
mendapat suatu hal yang diinginkan biasanya mereka akan mendekati keuntungan
yang bisa berlipat-lipat. Coba bayangkan saja seumpama aku memutuskan untuk
membeli di tempat yang pertama berarti 4ribu lebih tidak bisa ku kantongi lagi
alias lebih boros. Hanya dengan usaha 250an meter lagi saya akhirnya bisa
mengamankan 4ribu lebih di kantongku. Apa itu namanya tidak untung??
Jadi jangan malas untuk berlaku
lebih dalam mendapatkan hal yang kita inginkan, tohhhh pada akhirnya yang
senang juga kita kokkk.
---------------------------------------------------------
Akibat harus mencari produk jahe
tadi akupun telat sampai lapangan futsal, teman-teman yang lain sudah pada
keringatan mengolah si kulit bundar yang diperebutkan secara meriah. Setelah aku
hitung seperti biasanya setiap tim terdiri dari 6 orang (kebiasaan padahal
normalnya 5 orang lhoooo, hehe). Aku pun menoleh ke pinggir lapangan ehhh ada 3
orang lagi yang antri siap untuk main, berarti aku menjadi orang ke-4 ni
yang mengantri. Hadehhhh….
Ternyata menunggu di pinggir
lapangan sambil berlagak sok pemanasan seperti aku dimalam ini lama-lama gak
enak juga. Bahasa gaulnya BT. Beberapa menit mungkin hampir setengah jam
berlalu akupun belum berkesempatan main, weladala
piye iki?? Dalam hati berbisik padahal
biasanya hanya main 1 jam lhoo, terus aku mau main berapa menit nii?? Pelajaran
yang kuambil dari kondisi yang seperti
sekarang ini adalah bagaimana penerapan empati dalam pergaulan sehari-hari. Coba
bayangkan misalnya kita dalam posisi yang sedang menunggu di pinggir lapangan dan
sudah sangat siap untuk main ehhh ternyata yang main tidaak ada yang mau gantian.
Jadi saya bisa mengambil kesimpulan bagi mereka yang menawarkan diri untuk
diganti padahal belum capek, mereka itulah bisa dikatakan dewasa. Ini juga
pembelajaran buat aku pribadi, yang masih sering tidak mengasah rasa empati
dalam diri.
Tetapi dipertandingan malam ini aku
terpuaskan karena temen-temen berbagi keringat secara merata, semua yang hadir
bisa melampiaskan akhir pekan di lapangan futsal dibarengi kemeriahan guyonan yang super meriah. Aku saja yang
datang pualing terakhir keringat yang nempel di kaosku kalau diperas mungkin
bisa, hehe. Pertandingan malam ini bener-bener meriaaaaah sekali, aku dan 15 temen
lainya saling memamerkan giginya karena tertawa akibat dagelan di pertandingan futsal kami yang berlangsung kayaknya lebih
dari 1,5 jam deh (pokonya lebih lama
dari biasanya, biasanya itu 1 jam). Bisa dibilang malam ini yang datang banyak
dan skorpun ditutup dengan selisih gol yang lumayan jauh (timku menang lhoooo,
heheh).
Dari hal ini aku bisa melihat dan
merasakan bagaimana kebersamaan, kesederhanaan, keakraban, dan hal indah
lainnya itu bisa berpadu dengan apik. Yang membuat aku selalu ingin dalam
kondisi yang semacam ini ni, bertabur canda tawa teriklas mennnn.
---------------------------------------------
Pihak pengelola lapangan pun
meniupkan peluit bertanda jatah lapangan kami telah usai. Aku keluar duluan
langsung menempatkan posisi di samping lapangan tempat biasa kami ngumpul
setelah bermain futsal di lapangan ini. Iuran lapangan, bagi-bagi air minum,
ngobrol itu adalah hal yang biasa kita lakukan disini. Hanya beberapa menit
kemudian kami memutuskan untuk pulang, aku dan 3 temen berjalur sama karena
kita tinggalnya dempet atau tetanggaan persis hanya
dibatasi tembok. Sampai di depan rumah, kami ber-4 masih menyempatkan ngobrol
sambil menghilangkan kringat yang godres-godres
ini. Ditemani satu gelas air
mineral dingin yang dibelikan Ipul yang tadi kalau main futsal tendangannya sering
keras tapi tidak ngarah maju alias naik menjulang tinggi dan jatuhnya tidak begitu jauh dari Ipul nendang (namun dia salah satu pemain yang memiliki ultra semangat luarbiasa malam ini). Heheh kreasi futsal ala Ipulpun tadi juga menjadi salah satu bahan
tertawaan bagi kita.
Tak lama kemudian satu orang
keluar rumah yang ngabung di perkumpulan kami ini, kami berkomunikasi
menggunakan bahasa jowo. 1,2,3
komunikasi berjalan lancar, ehhh lama kelamaan ala ngapak keluar dari bincang-bincang 4 orang yang lain sedangkan aku
hanya ikut tertawa kalau mereka tertawa karena tidak semua bahasa mereka aku
faham, hehe. Aku mau pakai Bahasa Indonesia nga enak, ngapak nga mungkin,
yaudahlah terima saja melihat mereka meriah bercerita. Yang penting masih bisa
ikut tertawa dengan mereka, hehe…
Jujur lama kelamaan aku bisa
tertawa sendiri ni kalau kaya gini, lawong dengar mereka ngomong ngapak saja sudah mbikin aku memamerkan
gigiku alias mrengesss alias ketawa. Apalagi ditambah melihat mereka yang berekspresi lucu
dalam ngomongnya ditambah adanya efek naik turunnya suara ala bahasa ngapak. Hadehh bahasa kaskusnya “ngakakkk inside gannn, dimari”….
Inilah perbedaan kita
kawan-kawan, nga mungkin semua manusia di dunia ini sama. Dan tak ada satupun
manusia di dunia ini yang sama. Itulah karunia ALLAH SWT yang perlu kita
syukuri. Jadi perbedaan itu wajar. ALLLAH SWT menciptakan kita dengan kelebihan
kita masing-masing. ALLAH SWT itu Maha Adil, jadi setiap perbedaan yang kita
ketemukan itu pasti terdapat kelebihan
yang spektakuler dari masing-masing.
Kita tidak mungkin memaksa semua orang untuk memakai baju merah, tetapi yang
bisa kita lakukan adalah kita memakai kacamata dengan kaca yang berwarna merah
jadi kita seolah-olah bisa melihat semua orang memakai baju merah.
Ceritaku cukup sekian, maaf
apabila banyak kesalahan, semoga bermanfaat, dan terima kasih.
Saudaramu, 15 Juli 2012
Aang Fauzan
0 komentar:
Posting Komentar