Di dalam sebuah struktur keorganisasian pasti akan terdiri
dari kaum tua dan kaum muda atau kaum belum tua. Di dalam kelaziman masyarakat
kita sangat sering kita jumpai kondisi bagaimana dua kaum penting itu begitu
sulit untuk diselaraskan dalam irama yang sama. Memang ini menjadi salah satu
ciri khas masyarakat kita yang telah mentradisi. Tetapi cobalah kita sadari
bahwa kedua kaum ini sebenarnya adalah pihak yang saling membutuhkan satu sama
lain. Bahkan kedua kaum inilah yang bisa saling mengisi celah kekosongan dari
masing-masing pihak sehingga didapatkan kekuatan positif yang lebih siap dalam
menghadapi zaman. Sedikit kembali ke masa perjuangan bangsa Indonesia bagaimana
timbulnya hal saling menguntungkan antara kaum tua dan kaum muda. Di saat itu
kaum muda sangat berapi-api untuk segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan republic
ini. Tetapi apa artinya gejolak yang berapi-api itu andaikata kaum tua tidak
mensetujui??? Mungkin bangsa ini masih terombang-ambing hingga sekarang ini.
Dari cerita itu, kita seharusnya semakin sadar bahwa kaum tua dan kaum muda
adalah dua kaum yang saling membutuhkan.
Sedikit
cerita saja tentang kondisi yang menurut saya tidak jarang kita jumpai di
belantika kehidupan masyarakat kita. Disini saya tidak membenarkan kaum mana
yang paling benar ataupun sebaliknya karena ini hanya sebuah hal yang menurut
saya perlu mendapatkan perhatian. Bagaimana cukup mudah kita jumpai dalam
keorganisasian masyarakat bahwa kaum tua membiasakan dan memaklumkan untuk
memposisikan dirinya seolah-olah menjadi pemilik tunggal dalam organisasi
tersebut. Dan seolah-olah segala hal yang menyangkut kepentingan organisasi
khususnya tahta kepemimpinan harus dipegang oleh kaum tua. Dengan cukup banyak
sekali benteng alasan yang dijadikan kartu as oleh kaum tua, seperti : kaum tua
yang sering mengandalkan anggapan bahwa mereka lebih berpengalaman daripada
kaum muda, adanya anggapan bahwa kaum muda masih dalam kondisi labil dan sulit
dikendalikan, dsb. Saya cukup yakin bahwa hal ini adalah salah satu kondisi
yang sangat menstimulan kaum muda untuk bermalas-malasan dalam mengkreasikan
dan mengembangkan kreatifitas serta trobosan-trobosan baru yang dapat menggebrak perubahan ke arah yang
lebih baik. Tentunya secara tidak langsung hal ini akan membentuk karakter dan
mendorong kaum muda menjadi generasi yang selalu bergantung dengan
kebijakan-kebijakan yang diputuskan kaum tua (hanya menunggu produk tetapi
tidak menghasilkan produk kebijakan). Ujung-ujunganya generasi muda bangsa ini
merasakan perasaan bahwa mereka (generasi muda) harus sabar menjadi tua dulu
agar suara mereka bisa diterima dan bisa menjabat di sebuah keorganisasian yang
ada di masyarakat kita ini.
Seruan saya
kepada kaum muda supaya Anda menyiapkan diri dalam menghadapi terjangan zaman
yang semakin deras di kehidupan ini. Anda sekarang masih muda dan masa sekarang
inilah masa keemesan seseorang dalam mencapai segala hal yang patut
diperjuangkan melalui jalan kebenaran. Anda masih muda maka berpikirlah dengan
jiwa seorang pemuda yang penuh semangat yang membara. Saya tidak bisa
membayangkan Anda yang masih muda seperti sekarang ini memiliki pemikiran yang
tua, kalau memang ia bagaimana ketika tua nanti, jalan pemikiran apa ketika tua
nanti??. Memang kita pasti akan memasuki masa-masa tua tetapi jiwa muda yang
penuh semangat tetap harus bisa dimunculkan sewaktu-waktu kalau memang itu
dibutuhkan.
So,, mari kita sebagai kaum muda selalu merangkul dan
bahu-membahu dengan kaum yang telah melewati masa mudanya (kaum tua) supaya republic
kita tercinta ini bisa meraih prestasi yang selalu dinanti-nantikan
kehadirannya oleh bangsa Indonesia. Kaum tua harus memberikan ruang gerak kepada
kaum muda dalam pembentukan karakter bangsa yang lebih baik. Kaum muda pun juga
harus selalu mendengarkan wejangan dan mau belajar banyak hal dari kaum tua
yang lebih dahulu terjun dalam lapangan keorganisasian.
Terima kasih
Saudaramu, 5 Juni 2012
Aang Fauzan
0 komentar:
Posting Komentar