Dari judul kali ini kayaknya
sudah pada ngeh, iyaa benarrr... Fenomena
siapa yang jadi imam shalat berjamaah dalam keseharian kita. Ketika kita habis
main bareng temen-temen, kemudian ada jeda untuk shalat berjamaah bersama temen-temen
tadi. Satu per satu mengambil air wudhu, satu per satu pula setelah wudhu
selesai dilanjutkan menunggu yang lain selesai wudhu sembari mencari kandidat
terkuat siapa yang pantas jadi Imam dalam shalat kali itu. Terjadi saling
dorong-mendorong diantara jamaah laki-lakinya untuk menentukan siapa yang mau
jadi Imam. Ahh kamu aja, kamu ajaaa, kamu ajaa, ehh dia ini berjenggot dan
rayuan-rayuan maut lainnya menjadi pengantar shalat berjamaah. Setelah tidak
berhasil siapa yang mau menjadi Imam. Akhirnya jurus terampuh, siapa yang
paling TUA...? hihi.. ketahuan deh
kalau sudah tua.hehe
Tiba-tiba saja aku teringat
perihal pembahasan siapa sih yang
seharusnya jadi Imam dalam shalat berjamaah..? apakah bener yang paling tua
yang harus jadi Imam...? dari yang aku inget ada beberapa kriteria yang layak
jadi Imam dan memang tua menjadi salah satu kriteria. Tetapi bukan tua yang
menjadi syarat utama lhooo. Ternyata yang diutamakan jadi Imam yang paling alim
dan bacaan nya paling tartil, kurang lebih seperti itu. Jadi walaupun lebih
muda, ya itulah yang pantas jadi Imam. Tapi bentar.. bentar.. apakah mudah
membiasakan hal ini dalam keseharian...? aku kira ngak mudah. Apalagi masyarakat
kita yang penuh ewuh pekewuh. Jadi apa
tujuannya aku menulis ini, sebagai pengetahuan saja dan mencoba mengangkat
sesuatu hal sepele yang sudah mendarah daging di masyarakat tetapi perlu
sedikit pelurusan. Kira-kira begitulah, jadi mengenai bagaimana caranya
menerapkan ini dalam masyarakat, mungkin temen-temen semua termasuk aku sendiri
bisa mengolah-olah gimana menerapkan hal ini dengan cara yang dirasa nyaman
buat semuanya. Silakan berkreasi.
Ini seperti seorang Imam tetap di
Mushola yang kalau membaca bacaan nya ketika jadi Imam dirasa kurang sesuai
kaidah ajaran tasjid. Mungkin panjang-pendek bacaannya, dengungnya kurang mbrengengeng, dan lain sebagainya. Apalagi
Imam ini sudah senior sekali di Mushola tersebut. Mungkin temen-temen pernah
mengalami sendiri ketika shalat di suatu Mushola atau Masjid. Aku kira dengan
budaya masyarakat kita yang ada, ngak
gampang tiba-tiba kita frontal mengkritik. Dan lagi-lagi aku serahkan ke
temen-temen semua untuk berkreasi bagaimana temen-temen bisa memberikan masukan
yang membangun ke Imam yang dirasa bacaannya kurang disempurnakan. Misal Imam
itu orang terdekat temen-temen kan lebih enak
kalau bisa berbicara dari hati ke hati. Kira-kira seperti itu lah, aku disini
hanya bisa mengangkat suatu hal sepele yang sudah mendarah daging. Untuk langkah
selanjutnya silakan temen-temen bisa berkreasi sendiri se kreatif mungkin untuk
membangun hal yang dirasa perlu peningkatan.
Mungkin tulisan ini tidak
memberikan solusi ya karena memang ilmuku belum banyak, masih harus belajar
buanyaaak lagi. Kalau dirasa kurang berkenan maaf yaa.
Tambahan:
sabda Kanjeng Nabi Muhammad
saw. yang diriwayatkan oleh Abu Mas'ud Al-Badri:
"Yang boleh
mengimami kaum itu adalah orang yang paling pandai di antara mereka dalam
memahami kitab Allah (Al Qur'an) dan yang paling banyak bacaannya di antara
mereka. Jika pemahaman mereka terhadap Al-Qur'an sama, maka yang paling dahulu
di antara mereka hijrahnya ( yang paling dahulu taatnya kepada agama). Jika
hijrah (ketaatan) mereka sama, maka yang paling tua umurnya di antara
mereka".
Biar lebih mantep silakan bisa meluncur ke http://ppssnh.malang.pesantren.web.id/cgi-bin/content.cgi/artikel/menuju_kesempurnaan_shalat/03.single?seemore=y
Atau
Jakarta, 08 12 2015
Aang Fauzan
0 komentar:
Posting Komentar