|
rambut klimisku
setelah wudhu |
03 Desember 2015
Hari ini aku harus ngantor lebih dini, yang biasa berangkat
jam 06.20an kali ini harus berangkat jam 05.35an. Tadi malem aku sudah ngode mbakku buat tak ajak berangkat pagi sekali, A=aku
M=Mbakku
A: ‘mbak
sesok mangkat gasik yaaa’ (Mbak besok berangkat lebih pagi yaaa)
M: ‘jam
piro..?’ (jam berapa..?)
A: ‘jam
5.15an mba’ (kenyataan baru berangkat jam 06.35an,hehe)
M: ‘yaaaaa’
Begitulah kira-kira ajakku ke
mbakku.
Kenapa hari ini harus berangkat
pagi...? itu yang menjadi pertanyaan kan, termasuk mbakku juga nanya gitu. Karena hari ini aku dan
temen-temen sekantor dapet peran buat nari dalam acara peringatan hari Anti
Korupsi Sedunia di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. ‘Bintang tamunya’
ada Pak Ahok, Pak Mahfud MD, dan dipandu oleh pak Kick Andy. Oke, jadi sudah terjawab yaa kenapa hari
ini aku harus berangkat pagi.
Dalam coretan kali ini aku ngak akan membahas lebih dalem tentang
seluk beluk acara intinya. Karena justru ada secuil hal yang aku alami
menyangkut ‘rambut klimis’ dan ‘shalat dhuha’.
Oke, cerita kita mulai... kira-kira jam 06.35 pagi aku nyampek TKP,
tak berselang lama setelah aku duduk sama temen-temen sembari ngobrol, ada
salah satu temenku sedang ngaca sambil kepalanya mirang-mireng kanan-kiri mbenerin
tatanan rambutnya. Sebut saja temenku ini namanya Jay. Terus aku mendekat ke Jay,
aku melihat si Jay ngluarin sasetan
minyak rambut Gatsb*. Tak pikir panjang, aku minta minyak rambut si Jay tadi. Usek usek usek...! minyak rambut mulai
kuratakan ke semua penjuru rambutku. Setelah itu kusisirlah rambutku supaya
berbaris rapi seperti yang aku pingini,
susssst ssuuusssst suuuuuut....!
Sampai ketemulah dengan bentuk yang pas menurutku, terlihat rambutku sekarang
lebih tertata, klimis, mlipit, dan yang pasti meling-meling berkilap. Sempurnalah tatanan rambutku saat itu,
berharap nanti saat tambil bisa dilihat lebih enak daripada biasanya.
Jam pun terus berjalan, kegiatan
masih sama kaya tadi yaitu duduk-duduk manis sambil ngobrol. Karena memang
bagian kita nari masih beberapa jam kedepan, masih agak longgar lah. Aku lihat
jam menunjukan pukul 07.15, ‘ini sudah masuk waktu dhuha’ batinku. Kemudian aku
nanya sama diriku sendiri, ‘apa shalat dhuha dulu ya..?’ daripada duduk-duduk
kayak gini. Diriku pun seolah menjawab pertanyaan tadi, ‘waduuhh ini rambut
udah mlipit klimis gini, nanti rusak
setelah wudhu’ kan sebentar lagi tampil gitu lhooo. Akhirnya perang ‘batin’
terjadi dalam diriku sendiri. Shalat ngak
shalat ngak shalat ngak shalat ngak mulai itung-itungan deh ,
akhirnya aku nggertak pada diriku sendiri SHALAAAT dan aku berdiri MAU
shalat dhuha. Beberapa langkah ternyata aku tumbang lagi, ‘ahhh nanti aja
shalatnya setelah acara nari selesai saja’ kan masih ada waktu. Alhasil aku
duduk kembali, tapi terjadilah perang batin lagi dalam diriku. ‘pasti ini berat
karena soal rambut tadi yang udah klimis dan bisa rusak setelah wudhu’ itu
alasan yang terkuat kenapa aku ragu shalat dhuha kali ini. Beberapa menit setelah
kembali duduk, aku mbrontak lagi sama
tubuhku sendiri. Jegerrrrrrrrr, berdiri dan langsung berangkat jalan menuju
mushola yang gak jauh dari tempat aku duduk tadi. Langsung nekad...!, ‘ahhh
cuman rambut nanti bisa ditata lagi’. Akhirnya aku wudhu terus shalat dhuha,
alhasil hati lebih tentram, lebih ploooong, lebih enaaaakkk, lebih tenaaaaang,
pokoknya lebih lebih lebih baik baik deh.
Jujur, ini adalah salah satu
pengakuan ‘klasik’ yang sebenere aku pernah mengalami hal semacem ini beberapa
kali. Ketika aku sudah rapi, harus memilih wudhu atau tidak. Kadang ini menjadi
kegalauan sendiri, terlebih jaman-jaman dulu. Tapi alhamdulilah, akhir-akhir
ini aku sudah gak terlalu galau tentang hal semacam ini. Hanya saja tadi,
ketika aku sudah lama sekali gak pakai minyak rambut dan tiba-tiba pakai minyak
rambut rasanya sayang kalau harus wudhu soalnya nanti bisa ngrusak tatanan rambutnya. Hehe ALAYYYYYYY....!!!
Aku cukup yakin ngak cuman aku saja yang pernah ngalamin hal kayak gini. Memang ini hal
sederhana, tapi bisa jadi menyebabkan tertundanya shalat bahkan bisa jadi
tertinggalnya shalat. Bayangkan ketika ada acara jam 17.30 dan baru selesai jam
20.00, misal magrib saat itu jam 17.59, seandainya kita sudah rapi , sudah
pakai kostum yang rumit, sudah pakai make
up yang special, kira-kira saat adzan magrib berkumandang apakah rela kita
melepas ‘atribut’ semuanya demi wudhu dan shalat magrib..? kalau laki-laki bisa
dibilang lebih simple sebenere, tinggal ngulung
celana dan lengan bajunya terus wudhu deh. Lha
yang perempuan? ngak sayang tu make up nya yang sangat sempurna, nanti
luntur gimana kalau kena air wudhu. Para perempuan mungkin bisa menjawabnya.
hehe.
Coba hal sederhana ini bisa jadi
renungan kita semua. Apakah rela kita meninggal pahala shalat super mewah hanya
demi ‘kemenoran’ belaka..? Saya yakin orang yang sudah ‘dewasa’ akan terguncang
batinnya ketika harus meninggalkan shalat hanya karena ‘kemenoran’ belaka.
Orang bijak pasti akan memilih shalat dan insyaAllah masih bisa kok berhias
lagi setelah shalat. Jelas disini shalat lebih penting daripada urusan duniawi
titik gak pakai koma.
Jakarta, 03 Desember 2015
Aang Fauzan
gambar:
|
ruang make up |
|
saat talk show |
|
para wartawan |
|
latihan terakhir |
|
habis tampil |