Kalau malam jum'at di tipi-tipi
kita, sering kali disiarkan tayangan yang berbau mistis. Gak tau kenapa pada
memilih malam Jum'at. Ada yang tau …..?? Selain itu kalau jaman di kampung
dulu, malem Jum'at itu identik dengan Yasinan
(membaca surat Yasin) sambil Berjanjen.
Ihh jadi kangen, apalagi kalau pas selesai dan makanannya mulai diedarin dengan
piring ataupun ceting yang berisi
krupuk jadi ngantuknya ilang. Ehhhhmmmm...
Sudah tinggalkan sejenak malam
Jum'at nya. Kita maju ke depan 24 jam kemudian, yaitu Jum'at malam. Ada apa
dengan Jum'at malam?? Tak lain tak bukan adalah mereka para pejuang kreta. Yang
berjuang demi berjumpa dengan sanak famili di kampung halaman. Pulang kerja
hari Jum'at langsung capcus stasiun. Tak berhenti disini saja perjuangan
mereka. Karena mereka banyak sekali yang mulai memperjuangkan kepulangan ini
dari 3 bulan sebelumnya, yaitu saat membeli tiket online dan malam-malam pula.
Kalian luar biasa begitu kata Ariel Noah.
Kenapa harus 3 bulan sebelumnya?
Karena apalagi kalau tidak berebut tiket super murah yaitu tiket ekonomi. Iya
bagi sebagian dari kaum mereka mungkin tidak melakukan hal ini karena mampu
membeli tiket apapun dan tidak begitu mempertimbangkan harga.
Aku malam ini ketika mengetik
tulisan ini, sedang menunggu kreta Jaka Tingkir di stasiun Pasar Senen yang
mana jadwal keberangkatan jam 23.10 WIB. Dan aku mendapatkan tiketnya sekitar 2
minggu sebelum keberangkatan yang didapat dengan cara bejo.
Walaupun aku bukanlah kaum yang tiap
minggu pulang kandang (Jum'at balik kampung dan Senen balik kota) tapi aku bisa
merasakan bagaimana alur kepulangan itu, banyak suka-sedikit duka, dll.
Lagi-lagi ini semua karena keluarga tercinta. Nyari duit ke kota untuk
keluarga dan pulang kampung untuk keluarga juga.
Pulang mingguan ini bukan suatu
perjalanan yang langka, yang identik dengan membawa tas berjubel besar ditambah
kardus dan lebih sadisnya nambah bagor
atau karung. Bukan, bukan perjalanan yang seperti itu. Kepulangan ini pun hanya
membawa 1 tas ransel yang gak tau ada isinya yang berarti atau enggak.
Setidaknya buat pantes-pantes. Bahkan yang nekad "telanjang" pun
mungkin ada alias gak bawa tas ransel sama sekali hanya bermodalkan clana
panjang, jaket, dan hal lain yang minimalis. Bahkan ada yang memakai celana cekak alias celana pendek. Kaya hanya
mau pergi ke pasar gitu padahal ini menempuh jarak ratusan kilometer lhooo.hehe
Dan ini pun bukan lagi menjadi
sebuah perjalanan yang belibet dengan bawa bekal ini itu karena cukup satu
botol air mineral yang menemani perjalanan.
Jadi seolah perjalanan ini menipis
bahwasanya Jakarta itu jauh sehingga perlu persiapan ini itu untuk pergi ke
Jakarta. Dan memang harus tak akui
bahwa ketika jaman kecil dulu untuk pergi ke Jakarta harus mempersiapkan banyak
hal ini itu. Dari sangu alias dana,
memperhitungkan hari, persiapan bekal, dll. Bahkan suatu saat pernah orang tua ku
dikasi buah semangka yang besar sama tetangga yang merupakan hasil panenan,
alih-alih pengen dijadikan oleh-oleh untuk dibawa ke Jakarta. Akhirnya semangka
itu pun di simpan dan ditutup rapi. Dan ketika akan berangkat ke Jakarta yang
tentunya telah memperhitungkan kalau semangka tadi akan menjadi buah tangan
untuk keluarga mbakku di Jakarta. Eh apa yang terjadi…?? Ternyata
semangkanya abis alias tinggal kerangkanya saja. Hehe. Ngak tau karena kelamaan nyimpen dan akhirnya di makan binatang
atau gimana. Tapi itulah salah satu gambaran betapa spesialnya persiapan jaman
dahulu untuk ke Jakarta. Yang akhirnya di tepis oleh mereka kaum Jum'at malam
ini.
Ketika berada di kreta primadona
alias kereta ekonomi yang murah meriah, kita harus duduk dengan papan sandaran
kursi yang begitu lurus dan hadap-hadapan posisi penumpang satu sama lain. Kaki
mau selonjor yahh kalau depannya
kenal kalau tidak?? Berani?? Saya si pekewuh.
Tapi inilah sebuah perjalanan menarik tidak hanya duduk disamping siapa tapi
juga hadap-hadapan dengan siapa?? Hehe. Kalau tidak saling kenal yaa tidak akan
mesra bertegur sapa satu sama lain. Apalagi kepulangan Jum'at malam, mereka
pada melampiaskan rasa kantuknya di sepanjang perjalanan kereta. Seperti aku
pada perjalanan kali ini. Dan aku anggap ini maklum karena apalagi kalau bukan
alasan cuapek.hehe
Tak sedikit dari mereka untuk sampe
pintu rumah di kampung halaman harus diteruskan dengan angkutan darat lainnya.
Seperti perjalananku kali ini yang harus dilanjutkan dengan bis antar kota di
daerahku. Bis besar, bis pintu 2 yang kalau penuh ya harus berdiri.
Suasana bis memang tidak menggambarkan suatu kemewahan tapi nuansa pulang
kampung semakin terasa dikala sudah di atas bis-bis ini. Ditambah dengan adanya
mas-mas pengamen dengan logat jowo nya dan para penjaja makanan ringan seperti
mijooonn, tahu pong; arem-arem dan banyak lagi.
Wellcome to your nice place
kawan...!!!!
Ini sebuah cerita, sebuah pengamatan,
dan sebuah kesimpulan yang aku ambil.
...KARENA PERJALANAN INI AKAN SELALU ADA, ENTAH AKAN KITA ISI SEPERTI APA…
Diketik saat perjalan "Jum'at
malam" ku akhir pekan 7 November 2014.
mijooo, arem-arem, tahu, dll booking tiket
Menunggu kreta dateng sambil tidur di sekitar stasiun Senen
situasi di dalam kreta saat perjalanan
cukup 1 botol air mineral sebagai bekal
setelah booking tiket kemudian cetak tiketnya
sambungan perjalanan ke rumah setelah dari turun kereta