|
Download dr internet |
Beberapa huruf tersusun rapi
kemudian membentuk satu kata berbunyi ‘K-E-S-E-M-P-A-T-A-N’. Sebuah kata
sederhana yang tidak setenar ‘SUKSES’ atau sekaliber kata ‘BERHASIL’. Namun
kata yang satu ini merupakah sebuah kata sakti yang mengawali sebuah kisah
dalam hidup, sering diabaikan..? seringkali iya. Karena sampai kelupaan hakikat
dari kata kesempatan itu sendiri.
Perjalanan hidup ini menawarkan
berlimpah kesempatan, dari yang paling sepele sampai yang paling krusial. Dari
yang berlumur dosa sampai yang berguyur pahala. Begitulah hidup menyodorkan
kesempatan semaunya, biarkan sang lelaku hidup memilih dari pilihan-pilihan
yang ada. Bahkan garis batas antara kesempatan yang satu sama yang lain sering
kali tidak memberikan ketegasan, padahal antar kesempatan itu sangat jauh
berbeda.
Kemaren aku berhasil
mengkhatamkan salah satu bukunya Tere Liye ‘Sunset Bersama Rosie’ cukup lama
khatamnya dimulai akhir 2015 dan baru rampung awal 2016 sampai berganti tahun
padahal gak terlalu tebel, bagus…? Aku pribadi akan jawab bagus. Buku itu
banyak memberikan cerita tentang makna kesempatan. Ada cuplikan kata-kata yang
cukup bagus mengenai makna kesempatan, lupa pada halaman berapa. Aku hanya
memfoto pas tulisan saja dan tidak keliatan halamannya karena saat itu aku
pengen nge-share ke WA buat
temen-temen. Sebenernya dalam buku itu banyak tulisan-tulisan yang menglitik
terutama tentang makna kesempatan, ini salah satu yang terfavorit versiku.
Tulisan itu berbunyi:
‘Tapi
kenapa Rosie malah jatuh cinta kepada Nathan? Kenapa? Dua puluh tahunku setara
dengan dua bulannya? Apa karena selama ini aku tak pernah menyatakan perasaan
itu? Apa karena Nathan yang menyatakannya lebih dulu maka aku tidak memiliki
sisa kesempatan? Kenapa cinta tidak seperti masuk Perguruan Tinggi? Semua orang
menyatakan perasaannya bersamaan, lantas yang bersangkutan memutuskan.’
Memang kalau tidak membaca
bukunya dari awal tidak se-ngefeel dalemnya
kalau kita sudah membaca bukunya dari awal. Tapi akan aku berikan gambaran
sedikit inti jalan ceritanya. Jadi tokoh ‘aku’ dalam buku itu bernama Tegar. Si
Tegar dengan Rosie dari kecil sudah sangat akrab, kompak, pokoknya mereka
berdua itu kaya amplop dan prangko. Terus setelah beranjak dewasa rasa suka itu
bertransformasi menjadi rasa cinta layaknya anak yang mulai bisa merasakan
cinta pada lawan jenis. Si Tegar punya rencana untuk menyatakan rasa cintanya
ke Rosie di suatu tempat yang dia anggap memorable
yaitu gunung Rinjani. Karena tempat ini bagi mereka berdua adalah tempat yang
istimewa. Semua persiapan sudah Tegar siapkan sebaik mungkin, dari membawa
bunga hingga menyusun ‘acara’ sedemikian rupa. Dengan alasan tertentu si Tegar
ini ngajak temen untuk menemani ke gunung Rinjani, dia bernama Nathan. Temen
baik Tegar yang kira-kira dua bulan lalu dikenalkan ke Rosie oleh Tegar.
Singkat cerita justru di puncak gunung Rinjani si Nathan ini berhasil terlebih
dahulu menyatakan cintanya kepada Rosie, disini sama sekali terkesan tidak ada
modus-modusan atau bahkan kebencian diantara Nathan dan Tegar. Karena Tegar
tidak terbayangkan kalau Nathan akan melakukan hal itu atau bahkan Tegar pun
juga tidak ngeh kalau Nathan punya
perasaan ke Rosie. Dan sebaliknya, Nathan pun juga tidak ngeh kalau Tegar memendam dalam-dalam perasaan ke Rosie dari
bertahun-tahun lamanya. Jadi semua ini berjalan begitu saja, hingga akhirnya
Tegar menghilang meninggalkan Rosie tanpa ada kabar. Kepergian Tegar ini
mungkin salah satu ungkapan cintanya ke Rosie yang terlambat. Efeknya pun
sungguh dahsyat,Rosie pun ternyata juga memiliki rasa yang sama dengan Tegar
terbukti dia menunda pernikahannya dengan Nathan selama enam bulan. Dengan harapan
akan ada sesuatu yang Tegar lakukan untuk Rosie selama enam bulan tersebut,
tapi ternyata tetap tidak ada . Tegar tidak melakukan apa-apa selama emam bulan
itu, bahkan dengan kesempatan yang diberikan Rosie selama enam bulan itu pun
Tegar tidak tahu. Yang Tegar tahu, saat itu Nathan-Rosie sudah menikah dan dia
sudah kehilangan kesempatan itu selamanya. Hingga beberapa tahun kemudian akhirnya
Tegar mengetahui adanya kesempatan enam bulan itu, tapi Rosie kini sudah
menjadi istri dari Nathan dan ibu dari anak-anak Nathan. Itulah kisah yang aku
inget dan aku tangkap, semoga bisa tergambarkan makna akan kesempatan. Dari
situ terlihat jelas bahwa ternyata Rosie pun juga memiliki perasaan yang sama
dengan Tegar, hanya saja Tegar sebagai laki-laki tidak pernah mencoba
mengutarakan kesempatan itu. Bahkan sekedar ngode
pun tidak pernah diambil kesempatan itu. Hingga akhirnya datang seorang pria
bernama Nathan yang Rosie kenal dua bulan belakangan ini karena diperkenalkan
oleh Tegar. Bagaimana Nathan bisa memaknai kesempatan untuk mengutarakan perasaannya
ke Rosie, ternyata Rosie pun bisa menerima pengutaraan perasaan dari Nathan
tersebut. Saat itu bisa jadi Rosie menganggap bahwa Tegar tidak memiliki
perasaan cinta ke dirinya karena memang Tegar tidak pernah mencoba mengutara
perasaannya ke Rosie, mungkin juga pada saat itu Rosie sudah merasa butuh
pendamping hidup yang pasti dan akhirnya kepastiannya itu muncul lewat
pengutaraan Nathan hingga akhirnya Rosie pun berani menerima Nathan karena
dianggap lebih pasti. Justru perasaan cinta Tegar ke Rosie terungkap ketika
Tegar menghilang meninggalkan Rosie begitu saja dan Rosie pun membalas perasaan
cinta Tegar tersebut dengan menunda pernikahan selama enam bulan. Berharap ada
hal yang Tegar lakukan selama enam bulan tersebut, tapi ternyata tidak. Hingga
pernikahan Nathan-Rosie pun dilangsungkan. Disini terlihat Nathan pun selama
enam bulan ‘babak tambahan’ itu terlihat legowo, karena kalau ternyata selama
babak tambahan itu Tegar datang ke Rosie dan memanfaatkan kesempatan tersebut
yaaaa dia harus menerima dengan iklas. Begitulah gambaran karakter Nathan dari
buku itu, sebenernya Nathan juga menerima kalau akhirnya Tegar dengan Rosie.
Karena pada dasarnya Nathan tidak tahu kalau Tegar punya rasa cinta untuk Rosie
dari bertahun-tahun lamanya. Wooooowww, bagaimana..? hhihihi… ternyata waktu
yang lama tidak menjamin sesorang memaknai arti kesempatan yaaaa.
Bertahun-tahun kesempatan itu ada di depan mata, tapi apa daya tidak pernah
Tegar ambil kesempatan itu hingga peristiwa yang menyesakkan di puncak gunung
Rinjani.
Walaupun cuman sedikit, semoga
ada gambaran tentang jalan ceritanya. Maaf kalau ada perbedaan penafsiran dari
buku aslinya, tetapi begitulah yang aku tangkap dan aku ingat.
Berbicara tentang kesempatan, aku
pribadi ada beberapa pengalaman yang tak bisa dilupakan juga. Akan kucoba
ceritakan satu yang sebenarnya sederhana si, hanya sekelas pengen foto selfie
sama Ibuk, itu saja. Jadi kalau diceritakan seperti ini,
Pada jaman itu, HP Sony Ericson K800i
dengan kamera 3,2 MP sudah ciamik
buat jeprat-jepret berfoto ria. Rasa-rasanya
bisa foto berdua sama Ibuk itu hal yang sangat memuaskan bagiku, bermodal
kamera 3,2 MP sudah cukuplah buat foto berdua. Pikirku foto selfie bareng ibuk,
terus akan aku jadikan foto profil di Facebook atau apalah. Sungguh memuaskan
sekali.
Banyak sekali kesempatan yang
sudah ditawarkan ke diriku untuk berfoto selfie berdua sama Ibuk, berkali-kali
kesempatan ketika Ibuk akan berangkat berjualan ke Pasar ketika Ibuk sudah
dandan rapi. Tinggal aku utarakan keinginanku ke Ibuk, ‘buk yook foto berdua’
terus ambil HP langsung jepret.
Sungguh sederhana dan sepele, tapi sampai detik ini pun keinginan itu tidak
pernah aku tunaikan. Kesempatan-kesempatan persis di depan mata aku lewatkan
begitu saja. Bahkan Ibuk pun mungkin tidak pernah tahu kalau ternyata anaknya
ini sebenarnya pengen mengajak foto selfie berdua saja. Gak cukup aku pahami
kenapa saat itu ngak aku ambil
kesempatan-kesempatan yang terus ada untuk mengajak selfie berdua sama Ibuk.
Mungkin aku malu untuk mengutarakan itu karena memang tidak lazim bagiku,
mungkin menunggu moment yang pas untuk ngajak foto berdua sama Ibuk karena
memang biasanya ketika Ibuk sudah rapi mau berangkat ke Pasar justru akunya
yang belum rapi kayak belum mandi atau apalah (ehhh,,, ternyata pernah juga ketika
aku rapi dan Ibuk rapi saat habis keliling silaturahmi lebaran aku pun tidak
mengambil kesempatan untuk foto berdua padahal saat itu malah ada kamera
digital punya mbak yang kualitas kameranya tentu lebih baik dari kamera HP ku),
atau mungkin aku kurang menghargai akan kesempatan yang telah ditawarkan dalam
hidupku. Ahhhh…. Yang pasti memang
bener aku belum bisa memanfaatkan kesempatan yang bertubi-tubi ada untuk foto
berdua sama Ibuk hingga akhir hayat Ibukku. Hingga jatah umur Ibukku habis.
Hingga Ibuk mendapatkan gelar almarhumah. Menyesal..? sangat mungkin iya. Dan
aku sekarang sadar sebatas kesempatan saja untuk foto selfie berdua sama Ibuk
di dunia ini sudah tidak ada, apalagi foto beneran. Semoga nanti aku bisa foto
berdua sama Ibuk sepuasnya di Surga, aamiin.
Dari sini aku bisa belajar akan
bermaknanya arti kesempatan yang diberikan ALLAH untuk hidupku.
Sekarang coba dirasakan dan
dimaknai:
-Apakah
ada kesempatan seseorang untuk nikah muda..? (saat orang tersebut berumur 34
tahun)
-Apakah
ada kesempatan untuk seseorang yang pengen daftar jadi Polisi..? (saat orang
tersebut berumur 45 tahun)
-Apakah
masih ada kesempatan untuk menjadi pemain bola professional..? (saat orang itu
berumur 50 tahun)
Ahhh… mungkin hal-hal semacam ini hanya
akan menyesakkan hati. Hanya akan menimbulkan pertanyaan ‘kenapa dulu tidak aku
lakukan’, ‘kenapa aku menyia-nyiakan umurku’, atau kata-kata serupa lainnya.
Inget….!!!
Pintu taubat akan tertutup, ketika nyawa manusia sudah berada di tenggorokan
dan ketika matahari terbit dari tempat terbenamnya. Tertutupnya pintu taubat
itu bisa diartikan ketika penyesalan, permohonan ampun, perbuatan baik,
keimanan orang kafir yang tidak bermanfaat lagi karena ALLAH sudah tidak
menerimanya. Aku kira akan lebih nyesek lagi bila tidak kesampaian memanfaatkan
kesempatan taubat yang telah ALLAH berikan. Karena ini ber-efek ke akhirat.
Jadi ayoookkkk
bareng-bareng memaknai akan kesempatan yang telah ALLAH limpahkan. Ambil
kesempatan itu bila memang untuk mendapatkan ridho ALLAH dan menjauhlah sejauh
mungkin dengan kesempatan yang berpotensi mendapatkan dosa ALLAH.
Buat
temen-temen semua silakan memetakan kesempatan-kesempatan apa saja yang masih
bisa dimanfaatkan untuk kehidupan yang dirasa lebih baik. Karena dari jaman
dulu hingga sekarang penyesalan itu adanya dibelakang dan ‘sakiiiiit’.
Masih memiliki
kesempatan mencoret-coret di kamar Ciledug,
31 Januari 2016
Aang Fauzan