Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, dan Mulai dari sekarang....!!! -aa Gym-

Sekolah Dasar

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sekolah Menengah Pertama

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sekolah Menengah Atas

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

UNTUK INDONESIA TERCINTA

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 24 September 2012

Saat Kau Menjadi Istriku Nanti


Pernah melihat seorang lelaki yg ingin menarik hati seorang wanita, biasanya yang ditebarkan adalah berjuta-juta kata puitis bin manis, penuh janji-janji untuk memikat hati, "Jika kau menjadi istriku nanti, percayalah aku satu-satunya yang bisa membahagiakanmu," atau "Jika kau menjadi istriku nanti, hanya dirimu di hatiku" dan "bla...bla...bla..." Sang wanita pun tersipu malu, hidungnya kembang kempis, sambil menundukkan kepala, "Aih...aih..., abang bisa aja." Onde mande, rancak bana !!!

Lidah yang biasanya kelu untuk berbicara saat bertemu gebetan, tiba-tiba jadi luwes, kadang dibumbui 'ancaman' hanya karena keinginan untuk mendapatkan doi seorang. Kalo ada yang coba-coba main mata ama si doi, "Jangan macem-macem lu, gue punya nih!" Amboi... belum dinikahi kok udah ngaku-ngaku miliknya dia ya? Lha, yang udah nikah aja ngerti kalo pasangannya itu sebenarnya milik Allah SWT.

Emang iya sih, wanita biasanya lebih terpikat dengan lelaki yang bisa menyakinkan dirinya apabila ntar udah menikah bakal selalu sayang hingga ujung waktu, serta bisa membimbingnya kelak kepada keridhoan Allah SWT. Bukan lelaki yang janji-janji mulu, tanpa berbuat yang nyata, atau lelaki yang gak berani mengajaknya menikah dengan 1001 alasan yang di buat-buat.

Kalo lelaki yang datang serta mengucapkan janjinya itu adalah seseorang yang emang kita kenal taat ibadah, akhlak serta budi pekertinya laksana Rasulullah SAW atau Ali bin Abi Thalib r.a., ini sih gak perlu ditunda jawabannya, cepet-cepet kepala dianggukkan, daripada diambil orang lain, iya gak? Namun realita yang terjadi, terkadang yang datang itu justru tipe seperti Ramli, Si Raja Chatting, atau malah Arjuna, Si Pencari Cinta, yang hanya mengumbar janji-janji palsu, lalu bagaimana sang wanita bisa percaya dan yakin dengan janjinya?

Nah... Berarti masalahnya adalah bagaimana cara kita menjelaskan calon pasangan untuk percaya dengan kita? Pusying... pusying... gimana caranya ya? Ih nyantai aja, semua itu telah diatur dalam syariat Islam kok, karena caranya bisa dengan proses ta'aruf. Apa sih yang harus dilakukan dalam ta'aruf? Apa iya, seperti ucapan janji-janji seperti diatas?

Ta'aruf sering diartikan 'perkenalan', kalau dihubungkan dengan pernikahan maka ta'aruf adalah proses saling mengenal antara calon laki-laki dan perempuan sebelum proses khitbah dan pernikahan. Karena itu perbincangan dalam ta'aruf menjadi sesuatu yang penting sebelum melangkah ke proses berikutnya. Pada tahapan ini setiap calon pasangan dapat saling mengukur diri, cocok gak ya dengan dirinya. Lalu, apa aja sih yang mesti diungkapkan kepada sang calon saat ta'aruf?


1. Keadaan Keluarga

Jelasin ke calon pasangan tentang anggota keluarga masing-masing, berapa jumlah sodara, anak keberapa, gimana tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. Bukan apa-apa, siapa tahu dapat calon suami yang anak tunggal, bokap ama nyokap kaya 7 turunan, sholat dan ibadahnya bagus banget, guanteng abis, lagi kuliah di Jepang (ehm), pokoknya selangit deh! Kalo ketemu tipe begini, sebelum dia atau mediatornya selesai ngomong langsung kasih kode, panggil ortu ke dalam bentar, lalu bilang "Abi, boljug tuh kaya' ginian jangan dianggurin nih. Moga-moga gak lama lagi langsung dikhitbah ya Bi, kan bisa diajak ke Jepang!"


2. Harapan dan Prinsip Hidup

Warna kehidupan kelak ditentukan dengan visi misi suatu keluarga lho, terutama sang suami karena ia adalah qowwan dalam suatu keluarga. Sebagai pemimpin ia laksana nahkoda sebuah bahtera, mau jalannya lempeng atau sradak-sruduk, itu adalah kemahirannya dalam memegang kemudi. Karena itu setiap calon pasangan kudu tau harapan dan prinsip hidup masing-masing. Misalnya nih, "Jika kau menjadi istriku nanti, harapanku semoga kita semakin dekat kepada Allah" atau "Jika kau menjadi istriku nanti, mari bersama mewujudkan keluarga sakinah, rahmah, mawaddah." Kalo harapan dan janjinya seperti ini, kudu' diterima tuh, insya Allah janjinya disaksikan Allah SWT dan para malaikat. Jadi kalo suatu saat dia gak nepatin janji, tinggal didoakan, "Ya Allah... suamiku omdo nih, janjinya gak ditepatin, coba deh sekali-kali dianya...," hush...! Gak boleh doakan suami yang gak baik lho, siapa tahu ia-nya khilaf kan?


3. Kesukaan dan Yang Tidak Disukai

Dari awal sebaiknya dijelasin apa yang disukai, atau apa yang kurang disukai, jadinya nanti pada saat telah menjalani kehidupan rumah tangga bisa saling memahami, karena toh udah dijelaskan dari awalnya. Dalam pelayaran bahtera rumah tangga butuh saling pengertian, contoh sederhananya, istri yang suka masakan pedas sekali-kali masaknya jangan terlalu pedas, karena suaminya kurang suka. Suami yang emang hobinya berantakin rumah (karena lama jadi bujangan), setelah menikah mungkin bisa belajar lebih rapi, dll. Semua ini menjadi lebih mudah dilakukan karena telah dijelaskan saat ta'aruf. Namun harus diingat, menikah itu bukan untuk merubah pasangan lho, namun juga lantas bukan bersikap seolah-olah belum menikah. Perubahan sikap dan kepribadian dalam tingkat tertentu wajar aja-kan? Dan juga hendaknya perubahan yang terjadi adalah natural, tidak saling memaksa.


4. Ketakwaan Calon Pasangan

Apa yang terpenting pada saat ta'aruf? Yang mestinya menduduki prioritas tertinggi adalah bagaimana nilai ketakwaan lelaki tersebut. Ketakwaan disini adalah ketaatan kepada Allah SWT lho, bukan nilai 'KETAKutan WAlimahAN' :D Karena apabila seorang lelaki senang, ia akan menghormati istrinya, dan jika ia tidak menyenanginya, ia tidak suka berbuat zalim kepadanya. Gimana dong caranya untuk melihat lelaki itu bertakwa atau tidak? Tanyakan kepada orang-orang yang dekat dengan dirinya, misalnya kerabat dekat, tetangga dekat, atau sahabatnya tentang ketaatannya menjalankan ketentuan pokok yang menjadi rukun Iman dan Islam dengan benar. Misalnya tentang sholat 5 waktu, puasa Ramadhan, atau pula gimana sikapnya kepada tetangga atau orang yang lebih tua, dan lain-lain. Apalagi bila lelaki itu juga rajin melakukan ibadah sunnah, wah... yang begini ini nih, 'calon suami kesayangan Allah dan mertua.'

Inget lho, ta'aruf hanyalah proses mengenal, belum ada ikatan untuk kelak pasti akan menikah, kecuali kalau sudah masuk proses yang namanya khitbah. Nah kadang jadi 'penyakit' nih, karena alasan "Kan masih mau ta'aruf dulu..." lalu ta'rufnya buanyak buanget, sana-sini dita'arufin. Abis itu jadi bingung sendiri, "Yang mana ya yang mau diajak nikah, kok sana-sini ada kurangnya?"

Wah..., kalo nyari yang mulia seperti Khadijah, setaqwa Aisyah atau setabah Fatimah Az-Zahra, pertanyaannya apakah diri ini pun sesempurna Rasulullah SAW atau sesholeh Ali bin Abi Thalib r.a.? Nah lho...!!!

Apabila hukum pernikahan seorang laki-laki telah masuk kategori wajib, dan segalanya pun telah terencana dengan matang dan baik, maka ingatlah kata-kata bijak, 'jika berani menyelam ke dasar laut mengapa terus bermain di kubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan?'

Ya akhi wa ukhti fillah,

Semoga antum segera dipertemukan dengan pasangan hidup, dikumpulkan dalam kebaikan, kebahagiaan, kemesraan, canda tawa yang tak putus-putusnya mengisi rongga kehidupan rumah tangga. Kalaupun nanti ada air mata yang menetes, semoga itu adalah air mata kebahagiaan, tanda kesyukuran kepada Allah SWT karena Ia telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya, aamiin allahumma aamiin.

Barakallahulaka barakallahu'alaika wajama'a bainakuma fii khairin.

Wallahu a'lam bishowab,

sumber:  Aslamiyah - Abatasa.Com

Minggu, 16 September 2012

Welcome Rumah Dinas


Selasa, 4 September 2012
           
            Hari ini aku pulang kuliah sampe rumah jam 5an sore karena ternyata ada kuliah umum yang menurutku sangat luar biasa dengan inti tema tentang pengelolaan keuangan oleh pak Safir Senduk. Tadi pagi sebelum pergi ke kampus, aku sudah mengiyakan tawaran kakak supaya ikut ke rumah dinas Pangdam Jaya untuk acara semacam syukuran atas jabatan barunya beliau. Jujur mengenai dunia Kemiliteran aku bisa dibilang cukup awam, jadi masih kurang “ngehh” dengan ganjalan pertanyaan Pangdam Jaya itu pangkatnya setingkat apa ya?? Dan ingin tahu lebih jelas lagi tentang Kodam Jaya itu seperti apa?? Akhirnya setelah tawaran “dadakan” pagi ini aku langsung bergegas mencari hal yang pengen aku ketahui di internet. Walaupun belum begitu jelas juga, tetapi setidaknya aku lebih sedikit tahu tentang Kodam Jaya dan Pangdam Jaya itu apa.

            Sampe rumah jam 5an dengan bergegas langsung cuci muka dan aku disuruh memakai baju “koko”, eh ternyata baju “koko”ku aku tinggal di Magelang terakhir waktu lebaran kemaren aku bawa pulang dan enggak aku bawa lagi kesini, hehe. Akhirnya alternative ke-2 adalah baju batik, ok akhirnya baju batik coklat “menyertaiku” sore ini. kami berangkat bertiga, kakak, ponakan, dan aku sendiri. Dengan “menerjang” tradisi macetnya lalu lintas ibu kota kami menempuh perjalanan dari Ciledug-Menteng dengan harus memasang kesabaran karena harus mau ikut terjebak macet itu sendiri. Karena adanya kemacetan itu, justru aku dan kakak sempat ngobrol tentang beberapa hal sedangkan ponkanku yang masih kelas 3 SD harus tertidur di jok depan. Dari obrolan itu ada hal yang kami sepakati kurang-lebih bahwa “pada zaman sekarang ini bisa dibilang dan dirasakan kalau kebaikan menjadi hal aneh ditengah-tengah pergaulan ‘pada umumnya’ bahkan kebaikan bisa dibilang kaum minoritas”. Setujukah temen-temen?? Aku ngak memaksa untuk mengiyakan lhoooo, hehe.

            Akhirnya sekitar pukul 06.40 kami tiba dirumah dinas Pak Hudawi Lubis seorang Pangdam Jaya yang baru saja menerima jabatan. Karena kami datang terlambat akhirnya parkirnya pun harus rela diujung dan efeknya harus berjalan lebih jauh. Dengan bergegas kami berjalan dan bener sekali setelah sampai ke jamaah yang sedang membaca Surat Yasin dan Tahlilan tak lama kemudian acara itu selesai. Sekitar jam 7an udah selesai. Habis itu dilanjutkan dengan acara santai dan makan-makan. Disituasi ini aku masih penasaran untuk tahu mana siih Pak Hudawi Lubis itu, hehe. Dengan mata yang aku lemparkan ke berbagai sudut arah akhirnya aku melihat beliau, tetapi masi beberapa meter jaraknya. Lhahh pas aku mengantri mengambil prasmanan akhirnya aku bisa berjabatangan dengan beliau dan aku sempet ngomong kata “Magelang” karena beliau bertanya tentang keberadaanku ke kakak. Setelah berhasil mengumpulkan menu yang alhamdulilah sangat yahud, aku mengeluarkan satu kata lagi ke Pak Pangdam “mari pak” (sok akrab) hehe.

            Setelah itu, aku berkumpul lagi dengan saudara-saudara kakak iparku itu sambil ngobrol-ngobrol banyak hal diperkumpulan itu. Dan tak lama kemudian akhirnya Pak Hudawi bergabung dengan rombongan kami tadi dan bisa ditebak acaranya lebih rame lagi. Dengan banyak cerita sambil dibarengi canda tawa. Jujur banget dalam ngumpul keluarga dengan formasi lesehan melingkar sekitar 20an orang malam ini, aku tidak keluar satu patah kata pun untuk menyumbangkan suaraku di kelompok itu bahkan untuk ngobrol kecil dengan orang disebelahkku pun tidak ada kecuali sama kakak atau ponakan, heheh. Lawong bisa dibilang ini kumpul keluarga “Lubis” asli Pakantan. Sedangkan bisa dibilang aku baru kali ini diajak kakak iparku yang “Lubis” juga untuk ikut acara keluarga “Lubis”. Dengan sangat setia aku sebagai pendengar di malam itu, tetapi setidaknya aku bisa ikut tersenyum ketika ada hal lucu yang dibicarakan. Ohhh ia ada hal yang sebenarnya mengurangi kePeDeanku malam ini, yaitu tato merah alias bekas kerokan di leherku lawong lagi agak ngak enak badan. Dengan frekuensi yang cukup sering aku menaikkan krah baju batikku supaya membantu menutupi bekas kerokan di leherku tadi, hehe. Banyak hal yang aku dengarkan dari obrolan keluarga besar Pak Hudawi, ada hal lucu yang sering diutarakan Istri beliau atau bahkan dari Pak Hudawi sendiri.

            Sekitar dua jam aku ikut “nimbrung” dalam obrolan keluarga besar Pak Hudawi. Akhirnya semua berpamitan untuk pulang, sebelumnya ada sesi foto keluarga besar Pak Hudawi Lubis. Dan aku tidak memberanikan diri untuk ikut berpose, malu euyyy. Aku cuman ikut mengambil gambar saja dengan kamera Handphone seadanya itung-itung buat kenang-kenangan walaupun aku tidak nampak di foto, hehehe. Setelah itu kami berpamitan satu persatu dengan Pak Hudawi Lubis dan Isteri beliau. Dan kata yang berani saya ucapkan lagi ke Pak Hudawi adalah “terimakasih pak”.
 
            Dari bertatab muka dengan Pangdam Jaya tadi malam banyak hal yang bisa aku maknai dan pelajari dari beliau. Bagaimana ketika seseorang itu menjadi orang besar ternyata efek kebanggaan itu akan menghiasi ke keluarga besarnya lhohhh. Hal itu yang bisa aku lihat tadi malam dengan adanya hal itu tentunya keluarga besar pun akan semakin termotivasi untuk mengikuti jejak keberhasilan beliau. Setidaknya anggota keluarga besar bisa lebih semangat lagi untuk mencapai titik kesusuksesan karena sudah ada bukti anggota keluarga dekatnya sendiri berhasil menggapainya dan bisa. Tentunya aku yakin ini menjadi kebanggaan besar bagi keluarga besar sampai kapan pun. Dan menjadi jejak tersendiri untuk lebih mengangkat keluarga besar menjadi lebih baik. Hal lain yang tak kalah penting adalah “kerendahan hati” Pak Hudawi yang sangat luar biasa yang bisa aku lihat dimalam ini. karena beliau terlihat cukup santai dan akrab kepada setiap tamu diacara kali ini. Padahal beliau itu sudah menjadi orang besar lhoohh, aku yakin gak mudah untuk mengkonsistensikan kerendahan hati ketika kita sudah menjadi orang besar. Karena yang sangat banyak sekali kita temui adalah orang-orang “biasa saja" tapi gayanya sangat “over luar biasa”. Heheh..

            Dan hal yang super penting merupakan pengalamanku malam ini bisa bertemu orang besar sekelas Pangdam Jaya dengan situasi yang santai dan kekeluargaan. Satu lantai dengan alas yang sama, menu makanan ‘cemilan’ yang sama di tempat yang sama juga, hehe. Tak lupa aku ucapkan terima kasih buat Pak Hudawi Lubis dan keluarga. Semoga Pak Hudawi bisa menjalankan amanah sebagai Pangdam Jaya dengan baik, lancar, dan akan muncul kebaikan yang luar biasa. Aamiin…..
 
By: Aang Fauzan


                                               Jebretanku by Handphone apa adanya




                                                    Maijend TNI Erwin Hudawi Lubis

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites